.

Selasa, 02 April 2013

Cochlear Implant

PENDAHULUAN
  • Cochlear implant adalah sebuah alat elektronik kecil yang dapat membantu orang untuk mendengar. Implan ini biasanya digunakan pada orang yang tuli ataupun orang yang kesulitan mendengar. Implan cochlear tidak sama dengan hearing aid (alat bantu dengar) karena alat ini ditanamkan dengan pembedahan dan bekerja dengan cara yang berbeda.
  • Implan cochlear disebut juga telinga bionik.
fig 1

COCHLEAR IMPLANT
  • Tidak seperti alat bantu dengar/hearing aid, implan cochlear tidak memperkuat suara, akan tetapi bekerja secara langsung merangsang fungsi nervus auditorius didalam koklea menggunakan medan listrik.
  • Bagian implan cochlear ada dua: komponen eksternal yang bertempat di belakang telinga dan bagian kedua yang ditanamkan secara bedah dibawah kulit kepala (bagian temporal)
  • Bagian-bagian implan cochlear :
    • Eksternal
- Mikrofon
- Prosesor percakapan (speech processor)
- Transmitter
  • Internal
- Receiver (alat penerima) dan stimulator
- Susunan elektroda-elektroda
  • Fungsi masing2 bagian:
- Mikrofon → menangkap suara dari luar/lingkungan

- Speech processor → menyaring suara terutama suara yang dapat didengar dan mengirimkan sinyal suara elektrik melalui kabel tipis ke transmiter

- Transmiter → sebuah gulungan kawat yang ditahan oleh magnet, terletak dibelakang telinga luar, yang memancarkan sinyal suara yang telah diproses ke alat internal dengan menggunakan induksi elektromagnetik

- Receiver dan stimulator → yang mengubah sinyal menjadi impuls elektrik dan mengirimkannya melalui kabel internal ke elektroda-elektroda

- Sebuah susunan yang terdiri dari 22 elektroda yang membalut koklea, yang mengirimkan impuls ke nervus pada skala timpani dan langsung ke otak melalui sistem nervus auditorius
fig 2

SIAPA YANG MENGGUNAKAN COCHLEAR IMPLANT?

Walaupun kriterianya sedikit berbeda bagi anak & dewasa, namun didasarkan pada tuntunan yang sama :

- Pasien harus sepenuhnya atau hampir sepenuhnya tuli pada kedua telinga, dan hampir tidak membaik dengan alat bantu dengar / hearing aid.

- Pasien perlu dimotivasi. Setelah implan cochlear ditempatkan, mereka harus belajar bagaimana menggunakan alat dengan baik.

- Pasien membutuhkan harapan masuk akal yang nantinya akan muncul setelah pembedahan. Alat tersebut tidak mengembalikan atau menciptakan pendengaran normal.

- Anak-anak perlu dilibatkan dalam program yang membantu mereka belajar bagaimana memproses suara.

- Untuk menentukan apakah seorang pasien merupakan kandidat untuk implan cochlear, pasien harus melakukan evaluasi medis oleh dokter THT. Evaluasi ini termasuk dengan CT-scan atau MRI otak dan telinga bagian tengah dan dalam.

- Pasien (khususnya anak-anak) mungkin membutuhkan evaluasi psikologis untuk menentukan, apakah mereka kandidat yang baik atau bukan.

CARA KERJA
  • Pada telinga normal, udara dihantarkan melalui udara, menyebabkan membran timpani dan kemudian tulang telinga tengah bergetar. Cara ini mengirimkan gelombang getaran ke telinga bagian dalam. Gelombang ini oleh koklea diubah menjadi sinyal elektrik, yang dikirimkan ke sepanjang nervus auditorius ke otak.
  • Orang yang tuli tidak memiliki fungsi telinga dalam. Implan cochclear berusaha menggantikan fungsi telinga dalam dengan mengubah suara menjadi energi elektrik. Energi bentuk ini digunakan untuk merangsang nervus koklearis mengirimkan sinyal “suara” ke otak.
  • Kebanyakan implan cochlear bekerja menggunakan beberapa cara yang sama. Suara ditangkap oleh mikrofon yang terpasang pada telinga. Suara ini dikirimkan ke speech processor. Suara ini kemudian dianalisa dan diubah menjadi sinyal elektrik, yang dikirim pada receiver yang ditanam dibelakang telinga. Receiver ini mengirimkan sinyal melalui sebuah kabel kedalam telinga bagian dalam. Dari sana rangsangan elektrik dikirimkan ke otak.
OPERASI PEMASANGAN COCHLEAR IMPLANT
  • Alat ini ditanamkan melalui prosedur bedah dibawah anestesi umum, dan operasi biasanya membutuhkan waktu 1 ½ – 5 jam.
  • Pertama-tama area kecil kulit kepala yang letaknya langsung dibelakang telinga, dicukur dan dibersihkan. Kemudian dibuat sebuah insisi kecil pada kulit dibelakang telinga dan dilakukan pengeboran kedalam tulang mastoid dan telinga bagian dalam dimana susunan elektroda disisipkan kedalam koklea.
  • Pasien dapat langsung pulang, namun beberapa pasien membutuhkan rawat inap 1 – 2 hari di rumah sakit.
RESIKO PEMBEDAHAN
  • Implan cochlear merupakan prosedur pembedahan yang relatif aman. Namun sebagaimana semua pembedahan, tetap ada resiko yang memungkinkan. Komplikasi yang paling sering adalah masalah penyembuhan luka. Masalahnya termasuk kerusakan kulit disekitar tempat alat ditanamkan, infeksi di tempat pembedahan dan alat dapat keluar tanpa sengaja.
  • Komplikasi yang jarang terjadi :
- Kerusakan nervus yang membuat wajah miring pada sisi telinga yang dioperasi
- Bocornya cairan disekitar otak (cairan serebrospinal)
- Infeksi cairan disekitar otak (meningitis)
- Pusing sementara (vertigo)
- Alat gagal bekerja

PENYEMBUHAN SETELAH PEMBEDAHAN
  • Setelah bekas operasi sembuh, dan implan dihubungkan pada prosesor dan antena luar, maka dibutuhkan kerja sama dengan spesialis untuk belajar “mendengar” dan memproses suara menggunakan implan cochlear. Spesialis tersebut melibatkan :
- Ahli audiologi
- Terapis berbicara
- Dokter THT

Sumber :  http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/09/17/cochlear-implant/

Cochlear Implant Bilateral Simultan Pertama di Indonesia


Kasoem Hearing center bersama tim-nya telah melaksanakan implantasi koklea simultan pertama di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 8 November 2008 yang lalu di salah satu rumah sakit international di Jakarta.

Implantasi Koklea sendiri sebenarnya bukanlah hal yang baru di Indonesia, namun, biasanya dilakukan di satu telinga saja. Adapun jika dilakukan di dua telinga, operai dilakukan secara terpisah tidak dalam waktu yang sama.

Penelitian dilakukan terus menerus oleh institusi di dunia, yang pada akhirnya menyatakan bahwa operasi implan koklea yang dilakukan di dua sisi secara bersamaan akan menghasilkan outcome yang lebih sempurna, karena binaural hearing are natural hearing.

Kayla Angeline (2), putri dari Bambang Hidayat dan Maureen Berlinda terdeteksi memiliki gangguan pendengaran berat sampai dengan 110dB pada bulan September lalu. Gangguan Pendengaran ini diduga disebabkan oleh Rubella.

Orang tua pun memutuskan untuk memakaikan Kayla implan Koklea Freedom dari Cochlear™, yang pada saat ini merupakan teknologi tercanggih bagi para penyandang gangguan pendengaran sensori neural.

Operasi Kayla berjalan dengan lancar dan memakan waktu sekitar 4 jam termasuk persiapan didalamnya. Operasi dilakukan oleh tim-medis implantasi koklea Kasem Hearing Center yaitu prof Helmi sebagai surgeon, dr. Siti Faisa, dr eko teguh dan bekerasama dengan Prof Lokman Saim dari Universitas Kebangsaan Malaysia.

Selanjutnya, implan koklea akan diaktivasi 3 minggu setelah operasi implan dan akan dilakukan Terapi Auditory-Verbal oleh Anne Ahzab serta habilitasi mapping oleh Krisandi sebagai Clinician Cochlear.

Me, my son & Cochlear Implant

Sangat menyedihkan bagi orang tua yang mempunyai anak dengan keadaan yang tidak sempurna. Adapun rasa sedih, marah dan bersalah ataupun malu berkecamuk di dalam hati. Perasaan itu tidaklah mudah untuk dihilangkan ataupun dilupakan. Tapi apa daya…..itulah yang diberikan Tuhan kepada kita. Ia mempercayakan kepada kita, karena Ia tahu bahwa kitalah yang sanggup merawat “anugerah” dariNya.

Itulah yang kualami ……

Pada waktu anak saya, Jovan berumur 9 bulan, saya membawanya ke seorang dokter THT di Balikpapan, Kalimantan Timur. Karena pada waktu itu saya tinggal di Balikpapan, suami saya lahir di Balikpapan.

Dokter menyarankan saya untuk membawa anak saya ke RSCM untuk diperiksa. Karena pada waktu itu dokter memeriksanya dengan membuat bunyi – bunyian yang gaduh dengan piring aluminium yang diketuk dengan sendok. Tetapi Jovan tidak membuat reaksi seperti terkejut ataupun tertarik kepada suara ribut tersebut.

Kemudian saya membawa dia ke Jakarta. Kami menemui Prof. Dr. Hendarto Hendarmin, seorang dokter THT, beliau menyarankan Jovan untuk dirujuk ke RSCM guna pemeriksaan EEG dan BERA.
Akhirnya kami membawa dia ke RSCM… sambil berharap bahwa tidak ada masalah dengan pendengaran anak saya. Tetapi Tuhan mempunyai kehendak lain. Ternyata Jovan dinyatakan kehilangan pendengaran sampai kurang lebih 110 – 115 decibles.

Pada waktu itu, saya merasa sangat sedih, kasihan, marah dll. Tapi tidak tahu siapa yang harus disalahkan. Saya merasa bersalah karena saya telah melahirkan dia dengan kekurangan tersebut, sehingga dia harus mengalami ketidaksempurnaan ini. Saya tidak bisa membayangkan apa yang dia rasakan selama ini – 9 bulan sejak kelahirannya- yang ternyata dia tidak mendengar suara apapun.
Setelah itu kembali saya membawa dia untuk menemui Prof. Dr. Hendarto Hendarmin. Saat itu kembali beliau menyarankan saya untuk menemui Ibu Rini seorang pengurus Yayasan Rumah Siput Indonesia. Dan saya pun mengikuti saran beliau untuk menemui Ibu Rini.

Ibu Rini sendiri mempunyai pengalaman yang sama seperti saya, beliau mempunyai anak perempuan yang sekarang berusia sekitar 11 – 12 tahun yang mempunyai kasus seperti Jovan. Sembari sharing pengalaman dan memberikan nasehat, beliau menyarankan agar Jovan menggunakan alat bantu dengar selama kurang lebih 3 bulan dan menjalankan pelatihan yang dinamakan Audio Verbal Therapy (AVT). Setelah itu menjalankan pemerikasaan kembali untuk mengetahui seberapa besar manfaat alat bantu dengar ini dalam membantu pendengaran Jovan.

Akhirnya 3 bulan pun berlalu. Tibalah waktunya untuk memeriksa manfaat alat bantu dengar itu untuk Jovan. Untuk pemeriksaan ini, saya membawa Jovan ke Singapore General Hospital (atas saran dari ibu Rini dan therapist). Dan ternyata hasilnya, alat tersebut tidaklah optimal dalam kasus kehilangan pendengaran yang berat (profound deaf).

Kemudian, Prof. Low Wong Kein , seorang dokter ahli THT, menyarankan Jovan untuk dilakukan operasi implant kokhlea. Dan hal itu sebaiknya dilakukan sebelum ia melewati umur 2 tahun.
Dua bulan pun berlalu, Jovan pun memasuki umur 16 bulan. Tetapi begitu banyak kemelut dan keraguan untuk memjalankan operasi baginya.

Namun akhirnya kami memutuskan untuk menjalankan operasi tersebut, mengingat umurnya yang semakin bertambah yang akan berpengaruh terhadap cara bicaranya.

Singkat cerita operasi itu pun dilakukan, dan Thanks To GOD, semuanya berjalan dengan lancar dan baik.

Sampai sekarang ini, Jovan telah menggunakan alat tersebut sejak Desember 2002. Ia telah mahir berbicara layaknya anak biasa dan ia juga dapat memasuki sekolah umum

Melalui kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada:

1. My Lovely Jesus Christ – Untuk kekuatan dan bantuan yang Engkau sediakan bagi kami. Seperti yang Engkau janjikan, bahwa Engkau tidak akan pernah meninggalkan aku. Dan memang Engkau lah yang menguatkan aku di waktu kesesakkan. Thank you MY LORD.

2. To my family baik itu orang tua , mertua ataupun suami saya yang tercinta….. atas dukungannya yang luar biasa.

3. Untuk Ibu Rini Sellang selaku ketua yayasan Rumah Siput Indonesia (YRSI), yang telah banyak membantu saya baik dalam pengajaran dan juga sharing dan nasihat yang membangun.

4. Untuk Lois dan juga Stephanie… kalian begitu sabar dan creative sebagai therapist dalam mengajar anak anak tuna rungu…

5. Kepada Steven dan Betty L yang telah membantu dalam pemetaan alat. Thanks for your great job

5. Kepada Prof. Hendarto Hendarmin yang merujukan saya kepada Yayasan Rumah Siput Indonesia.

6. Kepada Prof. Low Wong Kein yang telah melakukan operasi yang sukses.

7. Kepada teman teman anggota YRSI yang banyak memberikan sharing, tips dalam mengajar dan mendidik anak tuna rungu

8. Dan untuk orang orang yang mungkin tidak dapat saya sebutkan.

Thanks to you all guys……… Love you so much

Sumber :  http://venny44.wordpress.com/2002/12/25/me-my-son-cochlear-implant/

Note : Just info, hari ini 3 April 2013 Jovan akan upgrade alatnya dari Freedom ke Nucleus 5

Untuk informasi mengenai Cochlear Implant bisa menghubungi:
PT. Kasoem Hearing di 021-315 1070 ext. 22
atau email ke implant@kasoem.co.id

Apa kata Bpk. Bambang Hidayat tentang Cochlear Implant

Saya juga mempunyai anak 2 Tahun, Saya dan Istri saya baru sadar bahwa anak saya ke hilangan pendengaran sampai 105Decibel. Dan waktu itupun kami baru sadar waktu anak kami berumur 17 Bulan. singkatnya Paman saya yang bicara kenapa anak kamu Belum bisa bicara. Saat itu saya berfikir mungkin telat bicara. Tetapi saya juga penasaran untuk mengetahui perkembangan ank saya, saya sempet membawa Anak saya ke Dr anak, dan Dr Anak itupun bilang jangan Kwahatir mungkin dia telat bicara, Tapi saya belum puas dengan keputusan Dr Anak itu, Akhirnya saya membawa anak saya ke Rs Proklamasi dan waktu baru ketahuan Anak saya kehilangan pendengaran, jujur saya merasa kesal, kenapa anak saya tidak bisa mendengar seperti anak yang normal. Tapi saya terus bedoa. Tuhan memang saya tidak sanggup untuk menghadapi masalah seperti ini, Tapi Tuhan menjawab Doa saya dengan memberitahu tentang Rumah Siput. Yang saya cari dari Internet, Dan Akhirnya Ada seminar tentang Implant yang di adakan Oleh Kasoem, dan saya juga di undang untuk ikut seminar itu. Dan Akhirnya saya ketemu dengan Sandy Yang memegang Impalnt Di Indonesia. Di situ saya terbuka untuk implant. memang saat saya mendengar tentang biaya saya kaget, tapi saya akan lakukan demi anak saya. dan mudah – mudahan saya akan melakukan implant bulan oktober. Bagi anda yang mengalmi kasus seperti saya jangan pernah bersedih karna Tuhan Pasti punya rencana lain

Untuk Informasi masalah Impalnt Anda bisa email ke Implant@kasoem.co.id.
Saya pun banyak terimakasih kepada Orang2 Kasoem karna mereka melayani kami dengan baik dan ramah.

Sumber :  http://venny44.wordpress.com/2002/12/25/me-my-son-cochlear-implant/#comment-56

All about Abang Zaidan

Ini tulisan dibuat tahun 2009. Dibuat karena suatu hari akan datang masanya abang zaidan bertanya kenapa dia berbeda, tidak seperti anak lainnya yang normal. Aku menyimpan tulisan ini sambil menunggu saat itu tiba. Tapi, pikir-pikir lagi, kenapa gak dimasukkin ke blog ya. So then, here' s a story about you, my sunshine boy, Zaidan Zufar Rahman..

My Zaidan

Tokoh sentral dari kisah ini adalah seorang anak berumur 4 tahun. Anak laki-laki yang manis, yang sepanjang keberadaan dirinya selalu penuh cobaan. Yang kami harapkan dengan adanya cobaan itu, mampu membuat anak tersebut dan keluarganya lebih kuat, solid dan bisa menjadi makhluk, yang kalau sulit jadi makhluk Tuhan yang tercipta paling seksi, lebih baik menjadi makhluk Tuhan yang berguna bagi orang lain, setidaknya bisa mandiri.

Anak tersebut bernama Zaidan Zufar Rahman. Lahir tanggal 11 Oktober 2005, dengan berat 3,15 kg dan panjang 51 cm. Lahirnya di klinik Al-Fauzan di Condet, dibantu oleh dr. Prita.

Kami biasa memanggil anak kami dengan sebutan abang, bukan tanpa alasan. Dulu waktu lahir dan saat bayi, karena Zaidan sudah berkakak, kami memanggilnya sama seperti anak lain yang mempunya kakak, yaitu adek. Tapi muka Zaidan tidak seperti adek pada umumnya. Zaidan berkulit hitam dari lahir, sampai ada yang memanggilnya si Ucup, tokoh di Bajaj Bajuri yang kocak dan berkulit hitam. Garis wajahnya juga keras dan cenderung tegas, tersirat sekali kalau anak ini berkarakter keras dan kuat. Karena ketidakcocokan posisi adek dengan wajahnya, maka kami sepakat memanggilnya abang. Abang Zaidan. So manly. Satu hal dari wajah abang yang bisa melembutkan karakter wajah abang yang keras, adalah senyum abang yang manis banget. Rasanya kalau lihat abang tersenyum, semua gundah gulana melumer, meresap dan menyenangkan. Seperti kena sinar matahari pagi yang hangat. Nyesss..

Abang juga punya mata yang cenderung sipit, mungkin dari nenek Pomad, soalnya abi, ummi, eyang juga tidak bermata seperti abang. Hal lain yang juga jadi ciri abang, muka abang lebih mungil. Muka kakak Asmaa cenderung besar kayak abi, sedang ummi panjang, walaupun sekarang sudah tidak terlalu panjang lagi sejak berat badan naik. Kami menuduhnya, muka mungil abang seperti pak Puh Kadimin, kakaknya eyang Ti yang tinggal di Kediri.

Saat ini badan abang juga ndutt. Beratnya sekitar 16 kg. Sebenarnya gak ada masalah dengan makanan. Abang nyaris menjadi pemakan segala makanan. Bagi abang, cuma ada dua tipe makanan, enak dan enak banget.

Kondisi abang saat kecil (sekarang juga masih kecil sih) dibanding kakak juga lebih rentan. Abang gampang sakit. Alhamdulillah, sakitnya abang seputar batuk-pilek, dan jarang panas. Itupun jarang ke dokter. Sebab kadang, saat abang sakit, abang masih mau makan dan main/bergerak. Jadi yang digencarkan saat abang sakit ya cairan dan makanan yang lebih bergizi lagi. Asupan makanannya jadi lebih diperhatikan.

Tapi alhamdulillah abang kalu sakita tidak lama-lama. Kalau ummi lihat abang panas dan gak enak badan, langsung aja bikin sop bakso yang kaldunya nyammyy banget dan abang pasti suka meski makannya sedikit-sedikit.

Kesukaan abang main puzzle, sepakbola dan main air. Berenang dan main hujan-hujanan jadi momen spesial buat abang. Dia kelihatan excited banget kalau dibolehkan main hujan dan diajak ke kolam renang di Kukusan. Menyenangkan melihat abang senang. Begitupun kalau sedang menyelesaikan puzzle, bisa berjam-jam abang tekun bongkar pasang puzzle itu, meski kadang butuh bantuan, tapi abang yang bakal memberikan ‘sentuhan terakhir’ puzzle itu. Begitu pun kalau lihat bola. Segala macam bola bakal dia tendang. Abang juga suka lihat pertandingan bola di tv. Gak tau apa abang udah ngerti apa belum permainan sepak bola

Sekarang abang nambah juga kesenangannya yaitu nonton Ultraman, Power Ranger, Ben10 sama Transformer.

The Beginning

Awal mulanya mengandung abang itu saat kakak masih umur 1;4 bulan. Kakak Asmaa masih menyusui, tapi kemudian disapih karena ada abang. Sebenarnya kita belum planning punya anak, tapi kehamilan kedua ini tetap disambut antusias karena pada dasarnya kami kami mengharapkan anak kedua dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.

Kehamilan abang berbeda dengan kakak. Waktu hamil kakak, ummi cenderung lebih ringan, atau umumnya orang menyebut hamil ‘ngebo’, bisa makan apa aja, gak ada mual-muntah atau lemas. Dan waktu hamil kakak, makanan juga dijaga banget, macam snacks atau softdrink gak bakal lewat mulut deh. Tapi waktu hamil abang, sungguh berbeda. Yang namanya mual-muntah nyaris tiap hari – tiap malam. Dan mualnya juga luarbiasa. Alergi juga ngerasain nasi sehingga kurang juga menjaga makanan. Dan yang namanya mabok, lemas..wahh..gak ada duanya. Nyaris sampai 5 bulan masih merasakan sensasi memabukkan dan melemahkan dari kehamilan. Untuk kontrol kehamilan abang ini, ummi masih datang ke puskesmas kecamatan Pasar Minggu yang ada di jln Kebagusan itu. Selain karena sudah kenal dengan para bidan disana, suasananya juga akrab, karena waktu hamil dan melahirkan Asmaa juga disana. Tiap bulan, ummi datang ke puskesmas untuk sekedar periksa tekanan darah, lihat kondisi janin dan juga untuk mendapatkan vitamin dan kalsium.

Saat kehamilan abang usia 12 minggu, terjadi hal yang di luar kendali dan keinginan, namun dapat merubah nasib dan masa depan abang. Sebelum ummi terserang campak Jerman, sehari sebelumnya, ummi ingat itu hari Jumat, ada mantan teman sekolah yang akan meninggalkan Indonesia karena mengikuti suaminya ke luar negeri. Sebagai farewell party-nya kita jalan-jalan ke Ragunan ngajak Asmaa dan teman2 lainnya. Sebenarnya dari pagi udah berasa kondisi badan gak fit. Tapi karena janji, maka tetap rencana berjalan. Berangkat bawa Asmaa sama tante Titis. Asmaa senang banget ke Ragunan, pulangnya kita ke KFC di mal Cilandak.

Kondisi mulai drop esok harinya, Sabtu, seluruh badan panas dan bercak-bercak merah. P Pikirku ini pasti campak. Tapi tidak bisa dipastikan karena badan lemas dan tidak kuat jalan juga tidak ada yang jaga Asmaa. Tapi kemudian Alhamdulillah, ibu datang, sehingga segera periksa diri ke bidan terdekat. Yang mengejutkan, kata bidannya, janinnya malah tidak ada dan tes ulang pakai test kehamilan lagi dan hasilnya meragukan. Bidan menyarankan sabtu itu langsung ke puskesmas Pasar Minggu untuk USG dan bidan hanya memberikan vitamin dan losion untuk anti gatal.

Tambah bingung aja, masalah campak belum selesai, masih ditambah kalo janin tidak ada. Tanpa pikir panjang, langsung ke puskesmas. Lumayan menunggu lama, selain kondisi badan juga sedang drop, tenaga gak ada, cukup lama juga nunggu di antrian. Saatnya tiba, ternyata janin abang ada, Cuma memang ukurannya kecil. Dokternya juga gak komentar apa-apa tentang campak, dan cenderung gak tau apa pengaruhnya bagi janin. Padahal dia dokter kan ya, sekolahnya lama, Sp.Og pula, masa’ tidak paham apa pengaruh ibu yang terkena campak bagi janin.

Abi jemput ummi saat pulang. Dan saat di rumah, kami mencari informasi tentang campak bagi ibu hamil. Hasilnya cukup mengejutkan lagi. Hari itu terjadi kejutan berulangkali. Pertama dari bidan yang bilang janin tidak ada dan kedua kami dapat informasi bahwa bisa jadi campak ini campak Jerman yang sangat berbahaya bagi ibu hamil karena bisa mengakibatkan kecacatan bagi bayi saat lahir nanti. Dan kecacatan itu bisa menyerang telinga, mata dan jantung.

Ya Allah, rasanya kebingungan dan kekuatiran menelan kami. Kami tidak bisa bicara lagi, tapi harus ada yang dilakukan. Kami harus bertanya pada ahlinya. Padahal hari itu malam minggu, mana ada dokter spesialis kandungan yang praktek. Semua rumah sakit dan klinik kami telpon untuk ahu apakah ada dokter spesialis kandungan yang praktek. Dan satu-satunya yang bisa kami datangi adalah JMC di Buncit. Hanya di JMC, ada dokter spesialis kandungan yang praktek di malam minggu. Tanpa menunggu waktu, kami langsung menuju kesana.

Dokter kandungan yang pertama kami temui adalah dr. Tamtam Otamar, SpOg. Dokter tersebut langsung memberikan resep seabrek antivirus dan langsung menyarankan tes darah untuk rubella.
Rubella. Satu kata yang akhirnya menjadi akrab diucapkan sampai saat ini.

Mulai malam itu, hari-hari kami terus dibayangi kekuatiran juga kecemasan yang berlebihan. Rasanya kalau tidak beriman, membayangkan akan memiliki anak yang cacat, bisa sedemikian mendepresikan. Tapi dukungan suami dan keluarga menyadarkan, bahwa semua kehidupan yang ada di alam ini sudah diatur oleh Allah. Dan jika memang ini menjadi ujian dari Allah, maka kita harus ikhlas menjalankan peran itu sebaik-baiknya, karena nanti tempat kembalinya tohh ke Allah juga. Namun meski kesadaran untuk berpasrah dan berlepas telah disadari, tapi dalam hati yang paling dalam, sebaris doa terus dipanjatkan siang dan malam, dan selalu dengan diiringi tangisan yang kadang sangat sulit dihentikan demi mengharapkan bayi yang lahir nanti sehat dan sempurna, dan mohon dikuatkan jika ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Malam-malam rasanya sulit untu ditenangkan, karena selalu ada kegelisahan. Dan hanya kepada Allah semua diserahkan kembali.
RUBELLA, That’s why

Hasil tes darah di JMC memang mematahkan hati. Yah, ummi positif rubella. Yang artinya darah plus jnin yang ada dalam rahim ummi terinfeksi virus sadis ini. Sebab ada dua virus yang membahayakan ibu hamil, virus toksoplasma dan rubella, karena virus ini mampu menembus selaput janin ketika si ibu terinfeksi. Beda dengan tokso, penyebab virus rubella ini belum diketahui, atau belum ummi ketahui dan bisa saja karena ummi belum banyak bacaannya tentang virus yang satu ini. Yang Cuma diketahu hanya cara untuk menghindarinya, yaitu si ibu harus vaksin MMR..yahh a little bit too late buat yang udah terinfeksi, dan tidak ada cara juga untuk sedikitnya berkelit menghindari dampak kerusakan dari virus ini kalau kita udah terinfeksi ketika hamil.

Dan virus ini juga sangat berbahaya bagi ibu di awal kehamilan, semakin muda bulan kehamilan maka kemungkinan kerusakan yang diakibatkan juga semikin besar. Jika terinfeksi di trimester awal , maka kerusakannya bisa 80-70 %, jika di trimester kedua maka resikonya bisa turun jadi 60-50 %. Dan jika di trimester ketiga, maka kerusakan yang diakibatkan bisa 30-20 %. Angka-angka tetap hanya angka-angka. Apapun yang bisa mengakibatkan ketidaknormalan buah hati kita, sekecil apapun akan tetap menghancurkan hati dan mengkuatirkan

Apalagi Zaidan terinfeksi saat masih di 12 minggu kehamilan, yang artinya resiko kerusakannya bisa sangat besar. Untuk gambarannya, janin yang terinfeksi virus rubella ini merusak fungsi-fungsi organ, artinya si anak ketika lahir, memang punya telinga, tapi tidak akan berfungsi, pasti punya mata, tapi kemungkinan rusak, ataupun jantungnya pasti ada tapi mungkin terjadi ketidaknormalan. Nahh ketiga organ tersebut yang menurut bacaan yang dibaca ummi kemungkinan besar diserang yaitu telinga, mata dan jantung. Maka membayangkan anak kita nantinya cacat di telinganya, di matanya dan bermasalah di jantungnya, benar-benar membuat ummi patah hati. Rasanya langit runtuh dan gairah untuk menjalani kehamilan yang menyenangkan menguap dan hanya diisi oleh sesal tak beralasan juga kesedihan yang rasanya tidak ada ujungnya. Ummi depresi.

Alhamdulillah ummi punya pendamping seorang suami yang selalu mengingatkan bahwa apapun yang nanti terjadi adalah kehendak Allah. Ummi juga diminta agar jangan putus harapan dan doa kepada Allah. Meminta terus menerus yang terbaik bagi kami dan keluarga.
Hari hari setiap saat, setiap waktu hanya terisi panjatan doa agar anak yang terlahir sehat sempurna. Hanya itu, dan hanya itu. Rasanya perasaan begitu menciut dan begitu kecil dan tak berdaya. Apalagi yang bisa dilakukan seorang hamba selain berpasrah dengan apa yang sudah digariskan untuknya
Kepasrahan kami membuat kami menjadi lebih kuat. Meski usia pernikahan kami baru 3 tahun, ujian ini membuat kami saling menguatkan dan mendukung. Abi sering mengingatkan jika ummi bertanya akan siapkah kita jika memiliki anak yang tidak sempurna. Jawaban yang abi berikan selalu menentramkan dan membuat ummi lebih kuat. Ya, he’s a great man.

Treatment

Pasrah tanpa berbuat kok juga tidak bijak. Dengan tau kalau hasil tes darah ummi positif rubella maka kami banyak cari info tentang virus ini dan dampaknya bagi janin dan kemungkinan kerusakan yang diderita. Sayangnya tidak banyak informasi yang mendalam dan bagaimana penanganannya. Atau mungkin juga karena kasus akibat virus ini juga jarang kali ya. Kami juga banyak cari buku-buku tentan rubella ini, tapi itu pun tidak pernah kami temui.

Selanjutnya, ummi kontrol di klinik Al Fauzan di Condet, ditangani dr. Prita. Alhamdulillah bu dokter sangat komunikatif dan menenangkan sehingga saat menjalani kehamilan abang, ummi lebih tenang dan berusaha melakukan apa saja yang terbaik untuk abang, sedapat mungkin bisa meminimalisir resiko dari kemungkinan bayi abang cacat. Ummi lebih tenang dan bisa berfikir positif. Dengan dokter Prita, ummi menjalani terapi obat. Seabrek anti virus dan vitamin harus ditelan tiap hari. Dan selama hampir tiga bulan ummi minum obat-obatan yang diberikan. Tujuan pemberian antivirus ini, sepanjang yang ummi pahami adalah untuk meminimalisir kerusakan yang diakibatkan virus ini sebab tidak ada cara untuk mengukur seberapa kerusakan yang dialami oleh janin dalam rahim ketika sudah terinfeksi.

Di bulan ke-7 dokter minta ummi tes darah lagi untuk mengetahui apakah virus rubella masih ada atau tidak. Di lab Prodia Pasar Minggu, ummi tes darah rubella, ternyata alhamdulillah sudah tidak ada. Igm-nya udah di bawah normal. Buat yang belum paham, ketika tes darah, ada IgG dan IgM. IgG menunjukkan adanya antibodi virus tersebut dan IgM kalau diatas batas normal menunjukkan kita terinfeksi.

Kontrol untuk penanganan ummi juga lebih ketat. Selain urusan obat-obatan, ummi ke dokter Prita juga lebih sering dibanding ibu hamil lainnya. Tiap periksa, pasti di USG untuk lihat segala sesuatunya. Untuk kehamilan abang, ukuran abang termasuk sedang, tidak besar, tapi tidak kurang juga. Dokter kasih saran untuk banyak minum susu dan es krim..mmmnnnymm ..gak nolak dehh.

Day by day

Kehamilan abang kali ini juga berbeda. Lebih melelahkan dan payah. Ummi gampang banget yang mengalami sakit kepala juga mual hebat. Duhh rasanya berat banget. Tiap pagi tiap malam diisi dengan mual dan pastinya muntah yang luarbiasa melelahkan. Baru kali ini ummi merasakan bahwa mual muntah orang hamil itu bisa payah banget. Bayangin aja, untuk mengeluarkan muntahan itu kita bisa sampai terkencing-kencing dan harus mengeluarkan cairan kuning yang luarbiasa pahit. Kalau cairan pahit itu sudah keluar, baru badan enakan.

Urusan makanan juga bisa jadi masalah. Untuk kehamilan yang kedua ini, ummi gak bisa makan nasi. Lihat nasi ..wuihh..sejuta deh mualnya. Padahal tiap hari tetep masakin buat Asmaa dan abi kalo lagi makan di rumah. Mentok2, ummi hanya bisa kemasukan mi instant atau sate lewat depan rumah. Ini kali ya kenapa surga di bwaha kaki ibu, sebab baru urusan hamil aja udah bikin tepar…Dan akhirnya ummi baru bisa enjoy menjalani kehamilan ini setelah bulan ke-5.

Tentang apa yang terjadi, kesadaran bahwa ummi telah terinfeksi rubella dan janin abang bakal bisa jadi kemungkinan besar gak sempurna telah ummi rasakan sejak saat itu. Perasaan bahwa memiliki anak yang ini suatu sat ini, akan benar-benar membutuhkan semua kekuatan yang ummi punya sudah ummi sadari meski hanya berbentuk firasat.

Harapan dan doa tetap terpanjat untuk kesempurnaan dan kesehatan abang seiring dengan kami membangun kekuatan dan kesolidan kami menerima abang apapun yang terjadi. Seakan dalam perasaan terdalam kami ada dua sisi mata uang yang sama-sama kami perjuangkan. Keinginan untuk memiliki anak yang sempurna dan kepasrahan untuk menerima apapun yang Allah telah gariskan. Membicarakan perasaan terdalam ini rasanya akan selalu menjadi bahan pemikiran kami setiap saat. Kami berdua, ummi dan abi sering mendiskusikan kemungkinan memiliki anak yang spesial. Apa yang akan kami lakukan, bagaimana kami menjaga, mengurusnya, menjelaskan pada keluarga, teman dam kerabat, bagimana pendidikannya, apa yang kami harus siapkan, apa alternatif pengobatannya.. Segala hal kami bicarakan sambil membangun penerimaan kami akan kondisi abang nantinya. Subhanallah. Mungkin ini rencana Allah kenapa ummi dinikahkan dengan makhluk bernama Yudhi Rochman. Kelebihan yang dimiliki makhluk Allah yang satu ini adalah kemampuan untuk menenangkan dan tidak mudah berputus asa.

Menjadi satu rasa mungkin ini yang membuat ummi bisa bangkit. Abi selalu memberikan dukungan dan pengingatan agar ummi menjalani kehamilan abang dengan lebih rileks dan bisa menikmati setiap saatnya untuk berpasrah dengan apapun yang akan terjadi.

Kesadaran selanjutnya muncul setelah sekian lama terpuruk dalan kesedihan dan penyesalan akan memiliki anak yang tidak sepurna datang. Ummi sadar jika terus menerus dalam kondisi tertekan, depresi, maka nantinya ketika lahir si anak bisa jadi menjadi pribadi yang mudah tertekan dan tidak sanggup menjadi problemsolver hidupnya. Padahal kalau pun abang tidak sempurna, kami berharap bahwa abang nantinya tetap jadi pribadi yang kuat dan berkemauan, tidak pantang menyerah. Karena itu sisa waktu kehamilan abang, ummi langsung bertekad untuk bisa lebih menikmatinya.
Jujur tidak mudah untuk berpikiran positif dan berusaha tegar di saat kita tahu bahwa kita akan memiliki anak yang tidak sempurna. Tapi lelah juga terbayang-bayang dan dihantui kecemasan yang berlebihan akan kondisi abang nantinya. Apapun yang akan kami terima nantinya pasti itu yang terbaik dari Allah untuk kami. That’s it.

Kena Typhus

Cobaan abang belum berhenti pula, padahal abang belum keluar dari rahim ummi. Di usia kehamilan lima bulan, ummi sakit. Badan panas, sakit kepala luar biasa, dan badan rasanya remuk redam rontok tak beraturan. Ummi berangkat ke Condet sendiri naik angkot. Setelah sekian lama menunggu dokter Prita dan tes darah, ternyata ummi kena typhus dan harus opname. Duhh..gimana nihh.

Mengingat Condet terlalu jauh, akhirnya ummi minta rujukann ke RS Marinir, sebenarnya gak sreg sih dirawat di RS Marinir karena punya pengalaman buruk saat kakak di rawat dulu tapi ummi gak punya pilihan karena RS itu yang paling dekat, setidaknya memudahkan abi dan keluarga untuk datang dan mengurus segala sesuatunya.

Apa yang bisa dikatakan. Untuk komplain kepada Allah, ngrusuluh, menyesal atau apapun, rasanya tidak ada manfaatnya. Pukulan kedua ini rasanya tidak sedahsyat saat tahu ummi kena virus rubella atau kesadaran akan memiliki anak yang tidak sempurna. No, this typus thing tidak akan menggoyahkan ummi untuk kedua kalinya. Makanya ummi menjalani perawatan dengan lebih rileks. Walau tetap ada kekuatiran, tapi masih bisa dihandle. Senin sore itu ummi langsung masuk kamar kelas 2 di bangsal flamboyan. Meski pelayanan di RS itu jauh dari cukup, ummi coba nikmati ujian Allah ini, berusaha sekeras mungkin untuk cepat sehat dan kembali pulang.

Lima hari dirawat di RS. Hari Jumat diperbolehkan pulang, itu pun harus proaktif ikut mengawasi hasil tes darah yang dilakukan tiap pagi sambil terus memberikan ‘peringatan’ kepada dokter yang kontrol kalau kondisi ummi makin sehat. Dan Jumat itu, Allah mengabulkan doa ummi karena hasil tes Jumat pagi itu trombosit ummi naik. Dan dokter sebelumnya memang mensyaratkan, karena ummi terus ‘berisik’ minta pulang, kalau hasil tes Jumat oke, maka hari itu juga boleh pulang. Subhanallah, Alhamdulillah. Kangen ummi sama kakak bisa terobati. Dan ummi pun pulang jumat siang itu.

Birthday

Hari yang dinanti pun tiba. Setelah sekian lama perjuangan mengandung dengan sekian banyak cobaan yang telah abang alami saat masih di kandungan, maka kelahiran abang tetap menjadi sesuatu yang spesial bagi kami. Sebenarnya jadwal lahirnya abang itu sekitar akhir September 2005. Tapi sampai saat itu lewat tetap gak ada tanda-tanda ummi bakal melahirkan. Ummi gak flek, ummi gak mules, paling cuma kontraksi-kontraksi yang umum dirasakan kalau sudah hamil besar. Dan yang gak bikin ummi kuatir, waktu lahiran kakak juga sama kasusnya, yaitu lebih dari dua minggu.

Akhirnya dokter Prita minta ummi menjalani EKG untuk melihat kondisi jantung abang. Hasilnya fifty-fifty, artinya koindisi janin gak terlalu bagus dan butuh dikeluarkan. Dokter Prita minta ummi memakai induksi buat mempercepat kelahiran. Saat itu Ramadhan tanggal 8 Oktober 2005. Ummi datang sama abi saja, soalnya ibu lagi menjga Asmaa. Pagi itu langsung diinduksi lewat infuse. Ada sih sesuatu yang dimasukkan lewat anus, mungkin juga untuk mendukung induksi itu. Setelah sekian lama, iya sih ada rasa mulas luar biasa juga lendir-lendir darah yang keluar yang muncul tapi itu tidak berarti apa-apa. Tidak ada pembukaan sama sekali. Induksi botol infus kedua dilanjutkan sampai malan..duhh rasanya mulas yang sakit luar biasa benar-benar dialami..tapi yang bikin stress..tetap tak terjadi apa-apa. Pembukaan tetap tidak terjadi. Kebayang kan rasanya, diinduksi itu menyakitkan dan melelahkan luar biasa. It’s oke kalau si janin mengalam kemauan untuk dikeluarkan, tapi untuk kasus abang..luar biasa.

Malam itu induksi dihentikan. Ummi diinapkan satu malam dan disarankan untuk pulang dulu. What?? Pulang ? Rasanya frustasi juga nih ngelahirin abang. Ibu-ibu yang lain masuk langsung lahiran dan bisa lihat bayinya tapi kenapa ummi susah banget negluarin abang sampai harus pulang dulu. Melakhirkan kok kayak main-main, bisa delay kayak abang. Tai kondisi ummi juga tidak memungkinkan, setelah dua botol infuse,, ummi udah gak punya tenaga lagi. Lelah lahir batin.
Pulang ke rumah juga bukannya makin tenang, hanya gak habis fikir aja kok bisa gak terjadi apa-apa. Waktu kakak lahir juga dibutuhkan induksi , tapi botol kedua kakak langsung minta keluar. Tapi untuk abang, wah ummi gak punya gambaran, hanya gak habis pikir aja. Dan saat pulang ke rumah pun..blasszz gak terasa apa-apa

Tanggal 10 Oktober ummi balik lagi sore harinya. Abi langsung dari sekolah. Ummi saat itu masih shaum Ramadhan. Masuk ke Al Fauzan langsung dipasang infus induksi. Sebenarnya ummi udah illfil, udah gak ada mood lewat proses induksi ini, jadi ummi setengah hati ngejalaninnya. Tapi tohh abang harus dikeluarkan, bukan? Bagaimana pun caranya. Ummi buka dengan sedikit minum teh manis.Dari Al Fauzan di sediakan makanan tapi karena gak mood ummi gak makan.

Sekali lagi proses induksi dialami. Mulas luar biasa, lender-lendir darah keluar..but still gak ada kemajuab, gak ada pembukaan. Jam 10 malam, ummi gak kuat nahan rasa sakit ini, minta abi bikin appointment buat lewat Caesar aja. Rasanya sakit yang dialami malam sebelummnya saat dua infuse gak sesakit infus ketiga ini. Ummi benar-benar gak kuat.

Akhirnya infus dicabut dan prosedur buat Caesar pun diuat. Jadwal ummi operasi esok paginya jam 5.30. Malam itu ummi pikir ummi bisa istirahat tenang menghadapi operasi besok. Tapi harapan tinggal harapan, entah kenapa setelah infus dicabut, bukannya rasa tenang yang didapat, tapi mulas gak berkesudahan dengan tensi yang lebih tinggi. Kenapa mulasnya makin menjadi ya. Harusnya bisa buat istirahat ehh ternyata uimmi harus masih mengalami kontraksi yang terus menerus dari jam 10 malam hingga esok paginya.

Jam 5 shubuh doker Prita ngecek kondisi ummi. Surprisingly, ternyata ummi udah bukaan 7. Lohh kenapa bisa. Akhirnya menjelang setengah jam operasi, dokter Prita minta ummi nyoba normal dulu. Apa yang terbaik ajalah, walaupun tenaga udah hilang tak tersisa, ummi coba jalanin kelahiran normal ini.

Powerless. Ummi gak punya tenaga. Ummi gak bisa mendorong dengan sekuat-kuatnya. Ummi benar-benar gak punya tenaga untuk mengeluarkan abang. Seperti waktu kakak, ummi minta teh manis bahkan 2 gelas, tapi itu pun keluar saking kerasnya ummi berusaha mendorong abang.

Melihat gak ada kemajuan kelahiran abang, ummi minta di vakum aja. Iya, abang sempet di vakum. Tindakan yang sebenarnya beresiko untuk otak abang nantinya, tapi saat itu ummi gak jernih berpikir dan hanya ingin secepatnya abang dikeluarkan. Akhirnya jam 8.30 pagi itu abang keluar dengan bantuan vakum. Yang gak biasa, abang gak nangis dan baru nangis setelah beberapa lama. Tapi ummi rasanya sudah melayang antara lega tapi juga kelelahan.

Alhamdulillah abang lahir tanggal 11Oktober 2005 di klinik Al Fauzan Condet dengan berat lahir 3150 gram dan panjang 51 cm. My baby boy akhirnya lahir dan melihat dunia. Anak yang sedemikian lama kami idamkan untuk kami lihat. Bayi yang sedemikian banyak mengalami cobaan dalam rahim akhirnya melihat dunia. Nama pertama abang yaitu Zaidan Zada Zuhdi Rahman.
Sekali lagi cobaan abang belum berhenti saat keluarnya. Dokter Prita bilang ummi belum boleh keluar samapi ketemu dengan dokter anak dulu. Ada apa nihh??

Ternyata tangan kanan abang ‘kecetit’ atau mungkin ada urat atau otot abang yang terjepit atau bahasa kedokterannya abang menderita erb palsy. What now?

Ternyata emang tangan kanan abang terlihat gak normal. Tangan kecil itu terlihat kaku dan ujung jari-jarinya tertekuk ke arah dalam. Dan yang membahayakan kalau penanganannya gak segera dikuatirkan tangan itu akan tetap menjadi seperti itu, kaku dan tidak mampu digerakkan hingga nanti abang besar. Artinya abang bisa jadi cacat tangan kanannya. Ummi sama abi hanya mampu tercenung dan tak mampu berkata apa-apa. Seakan cobaan Allah yang ditimpakan kepada buah hati kami tidak lagi sanggup membuat kami merasa bahkan untuk menangis sekalipun. Hanya karena keyakinan bahw Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk kehidupan kami sekeluarga yang mampu membuat kami bertahan. Satu hal lain, sejak mengandung abang, kami, abi dan ummi menjadi tim yang solid insyaAllah yang akan selalu berada kapanpun kami berdua saling mebutuhkan. Maka adaanya abi dan keyakinan bahwa Allah mencintai kami membuat kami tidak perlu mengkuatirkan apapun. Kami hanya perlu berbuat sesuatu segera untuk menangani erb palsy abang. So just let’s go.
Dokter anak di Al Fauzan menyarankan agar ummi dan abi membawa abang ke Rekam medik RSCM untuk penanganan selanjutnmya. Tapi sebelumnya abang harus di rontgen untuk tahu apakah ada urat atau syaraf bahkan tulang yang putus atau patah.

Erb palsy yang abang derita bisa jadi karena saat kelahiran abang ditarik demikian kuat hingga otot/syaraf yang masih lemah kejepit. Abi saat kelahiran juga melihat bahwa posisi kepala abang saat keluar tidak biasanya seperti bayi lain. Kepala abang mendongak dan miring hingga menyulitkan saat pengeluarannya dari rahim. Pantes aja, robekan yang terjadi saat kelahiran ada dua macam, yang disengaja waktu dokter Prita episiotomi dan yng bentuknya tidak braturan, mungkin saat abang ditarik skuat-kuatnya dari rahim.

Erb Palsy-nya abang

Erb palsy abang membuat tangan abang semakin kaku dan tak mampu digerakkan. Abang gak mampu mengangkat tangannya sama sekali. Tangan itu hanya tertekuk semakin dalam ke arah dalam badannya. Saat memandikan abang ummi harus ekstar hati-hati dan untu mengurangi resoiko, tangan abang harus kuat disangga dengan gurita agar tidak bergeak kemana-mana, dan itu pekerjaan yang sulit karena abang bayi banyak bergerak dan lepaslah sanggaan tersebut dengan cepat. Subhanallah.
Kami hanya berpikir bahwa abang harus ditangani dengan Usia 3 minggu, abang diajak ke RSCM bagian Rekam Medik. Sebenarnya kami belum ada gambaran akan diapakan abang disana. Bayangin di usia 3 minggu, apa yang bisa dilakukan Setelah konsultasi, kami minta agar perawatan abang bisa dipindahkan ke RS Fatmawati yang lebih dekat dari rumah. Maka hari itu kami dirujuk ke RS Fatmawati.

Saat itu habis Idul fitri 2005, kami ke RS Fatmawati ke poli rekam medik. Dokter disana segera menjadwalkan bahwa abang harus ke fisioterapi di RS tersebut. Bagian fisioterpai ternyata menempti bangianyang cukup luas dengan berbagai bentuk penanganan, ada hidroterapi, inhalasi, pemijatan, infra red dan lainnya. Malahan perasaan lebih lengkap di banding waktu ke RSCM kemari. Abang langsung ditangani melalui 3 tahap, pertama abang di setrum. Jadi tangan kanan abang dialiri listrik untuk merangsang syaraf dan otot agar bisa aktif lagi. Sebab kalau didiamkan otot dan syaraf bisa kaku dan tidak berfungsi. Kedua, abang disinar dengan infra red, agar peredaran darah di tangan kanan abang lancar. Dan yang terakhir, abang dipijat oleh terapis. Bagian terkahir iini yang rasanya menyayat kalbu karena saat abang dipijat, abang nangsi kuat dan begitu kesakitan. Rasanya gak kuat kalau dengar abang nangis kayak begitu, tapi bagaimanapun ummi harus tegar dan tega, sebab inilah usaha kami, ikhtiar kami untuk kesehatan aang di masa depan.

Terapi abang sebenarnya terjadwal 3 kali seminggu, tapi atas saran terapis disana, semakin sering diterapi maka kemungkinan sembuhnya semakin cepat. Terapis itu juga menyarakankan untuk terapi langsung 10 kali baru observasi kembali mengenai kemajuan abang. Saran itu kami terima dan kami putuskan untuk terapi setiap hari selama 10 hari, dan hanya libur saat hari Minggu saja.

Jadilah selama 10 hari selanjutnya, tujuan tiap hari jam 7 pagi adalah menuju bagian fisioterapi RS Fatmawati. Demi abang. Dan tiap hari pula, abang harus menerima disetrum, disinar dan dipijat.
Kemajuan abang adalah mukjizat buat kami. Tiap saat kamii selalu memperhatikan tangan kanan abang, a tangan itu bergerak, apakah tangan itu mampu terangkat entah sengaja atau tidak, apakah tangan itu bereaksi ketika di sentuh. Tiap saat pula, saat di rumah, tangan itu kami pijat secara manual untuk mendukung terapi yang selama ini abang lakukan. Apa saja kami lakukan, semua saran yang kami terima langsung kami terapkan. Kami menyadari ilmu kami dalam hal ini tidak ada, sehingga kami menerima semua masukan yang ada.

Di hari ke sepuluh terapi, abang diperiksa lagi oleh dokter rekam medik. Subhanallah, tangan abang refleks bergerak ke atas saat dokter itu melakukan uji refleks. Padahal di rumah sekalipun jarang sekali tangan kanan abang bergerak apalagi terangkat seperti itu. Melihat adanya reaksi itu, dokter menyudahi terapi karena saat tangan abang bergerak tandanya saraf dan otot abang bisa berfungsi. Subhanallah. Allahu Akbar.

Di tengah kepasrahan kami, kami berasa hanya menjalani semuanya dengan segenap kemampuan yang kami punyai saja. Tidak lebih tidak kurang. Di saat kami berhenti menyesal, berhenti mengeluh dan berhenti menggugat maka Allah sekonyong konyong koder menunjukkan kuasaNYa. Apalagi yang bisa kami lakukan melihat abang pulih selain bersyukur dan lega bahwa Allah ternyata masih memperhatikan keluarga kami. Subhanallah. Kelegaan yang kami alami luarbiasa dalam dan luas, karena abang terhindar dari kecacatan tangan yang pasti akan mengganggu penampilan dan kepercayaan diri abang di masa depan.

Pengalaman menjalani terapi di RS Fatmawati adalah sesuatu yang tidak akan pernah dilupakan. Perasaan yang kami rasakan demi kesembuhan abang juga tidak akan hioang sampai kapanpun. Kondisi abang membuat ummi dan abi menjadi pasangan yang berusaha melihat segala sesuatunya lebih dalam dan lebih tenang. Kami mempercayai Allah Kami percaya apapun yang Allah berikan pada kami berbentuk cobaan adalah hal yang akan membuat kami kuat dan dewasa.

Is he deaf?

Hari hari abang selanjutnya adalah hari-hari yang normal bagi ukuran seorang bayi. Abang termasuk bayi yang tidak rewel, gampang makan dan tumbuh berkembang dengan baik. Alhandulillah. Kakakknya abang , Asmaa, yang berbeda umur dua tahun juga sangat supportif. Asmaa jadi kakak yang sangat baik. Kakak suka membantu ummi untuk mengambil pakaian atau celana abang kalau abang nompol. Kakak suka dilibatkan dalam perkembangan abang. Abang ibarat sinar hangat dalam keluarga kami. Kehadirannya menghangatkan dan menceriakan.

Tapi ada hal yang menjadi kecurigaan yang akhirnya membuktikan kekuatiran ummi sejak abang ada dalam kandungan. Abang tidak menengok saat ada suara memanggil namanya, bahkan ummi menggunakan alat yang bersuara keras di belakang kepalanya tapi abang tetap tidak mendengar. Saat hujan petir geledek menggelegar, abang tidakpernah kaget atau ketakutan, padahal kakak waktu kecil takut sekali dengan suara petir yang menggelegar. Satu lagi, saat pintu terayun menutup dengan sangat keras dan menimbulkan suara yang sangat keras, abang sama seklai tidak kaget. Abang juga tidak babbling, tidak ngoceh seperti bayi pada usianya. Bayi lain mungkin sudah mengeluarkan suara mama-mama, papa-papa, dada-dada..tapi tidak dengan abang. Abang hanya mengeluarkan suara aa-aa-aaa untuk minta sesuatu. Dan hanya itu.Hanya aa-aa-aaa.

Feeling ummi kuat dalam hal ini. Ada sesuatu yang tidak beres dengan abang. Tapi untuk memastikan, kami perlu ahlinya, dan umur abang belum cukup untuk melakukan tes.
Usia 6 bulan, ummi mendatangani poli THT di Puskesmas PasarMinggu. Tapi mereka melihat sesuatu yang aneh dengan pendengaran abang. Mereka bilang tidak ada apa-apa dengan abang. Ummi pikir apa mereka memiliki pengetahun dan kemampuan yang memadai untuk memastikan abang baik-baik saja. Atau rubella-thing and its effect adalah sesuatu yang langka dan tidak mereka kuasai. Ummi pulang dengan hati tidak puas karena feeling ummi tetap berkata ada sesuatu yang salah dengan abang. Selanjutnya kami memutuskan untuk menunggu abang setahun untuk diperiksa kembali.

Perkembangan abang secara motorik luarbiasa baik. Abang sehat dan bisa berjalan saat usia setahun lima hari. Abang juga bukan anak yang menyusahkan. Tapi basically, kedua anak kami, kakak dan abang adalah anak-anak superaktif yang sangat menyukai pergerakan,, tantangan. Maka lari, loncat, jatuh adalah hari-hari yang biasa kami jalani. Subhanallah, Allah berikan kekuatan kepada kami untuk membesarkan mereka.

Selama menuju abang setahun, tidak berhenti kami mendiskusikan kemungkinan abang tidak bisa mendengar dan apa yang akan kami lakukan jika itu memang terjadi. Kami merencanakan banyak hal untuk abang. Untuk terapinya, sekolahnya, pengarahan minatnya, kami mendiskusikan banyak hal tentang abang.

He is deaf. Totally.

Dan setahunlah abang. Saatnya mendatangi ahlinya. Pertengahan Oktober 2006, kami pergi ke spesialis THT di RS Fatmawati. Setelah konsultasi kami dirujuk untuk melakukan tes BERA (Brain Evoked Response Auditory). Tes BERA menggunakan perangkat yang terkomputerisasi, yaitu dengan menempelkan berbagai macam kabel yang berhubungan dengan aktivitas otak manusia. Pada dasarnya dalam keadaan tenang atau tertidur, otak tetap bereaksi terhadap stimulus suara. Maka untuk mengetahui kelainan apakah abang tuli atau tidak, tes BERA menjadi sesuatu yang valid karena menggunakan perangkat yang sudah demikian canggih. Tapi tes BERA tidak bisa langsung dilakukan karena baru terjadwal tanggal 22 November 2006.

Tanggal tersebut kami mendatangi lagi bagian radiology di RS Fatmawati. Sebelumnya abang diberikan obat bius sebelum dilakukan tes. Sebab tes BERA dilakukan jika anak dalam kondisi tenang dan tidak bergerak. Tes dilakukan oleh dokter Kamal selama kurang lebih setengah jam.
Hasilnya? Langit runtuh kedua terjadi. Hanya kali ini lebih runtuh dan lebih meremukkan. Semua yang kami kuatirkan terbukti. Abang totally neural deafness. Artinya kerusakan abang benar-benar parah. Dari tes BERA tersebut tetap tidak ada respon hingga 100 desibel. Padahal manusia normal bisa mendengar di tingkat 50 desibel, sedangkan abang hingga suara 100 desibel tidak ada respon dari otaknya. Sehingga abang dikategorikan dengan ketulian total dan tidak ada sisa pendengaran. Anakku. Anakku tuli total.

Seakan lumpuh semua rasa. Tulang seakan tidak bersendi. Hanya mampu memeluk abi dan menangis tak tertahankan. Abang, anakku tunarungu. Apa yang akan terjadi ketika dia besar nanti. Bagaimana masa depannya kelak. Ya Allah, rasanya pukulan ini terlalu berat buat kami. Apapun akan sanggup kami pikul asal bukan anak kami yang mengalaminya. Hari itu terang, tapi tetap terasa gelap dan berkabut buat kami. Hati kami hancur dan rasanya kegembiraan hidup berakhir hari itu.

Kalau bukan karena kami percaya Allah. Sisa umur kami akan kami habiskan untuk menyesal dan menggugat, dan mungkin kami akan terus mencari kambing hitam dari kondisi abang. Tapi Dia menguatkan kami. Kami tetap hancur, tapi hal itu bukan berarti kami berhak menghancurkan kehidupan abang. Kami masih punya tanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik abang dengan sebaik-baiknya. Karena itu tanggung jawab kami yang akan Allah minta di hari akhir nanti. Kami mau menjadi makhlukNya yang mampu menjaga amanahNya , apapun yang terjadi dengan abang.

Kami berhenti menangis hari itu juga meski tidak mudah. Kami langsung menyusun rencana untuk abang, masih disertai tangisan pilu. Hingga hari ini pun tangis itu masih tersisa untuk abang, betapa kami ingin yang terbaik untuk abang dan betapa kekuatiran kami akan abang di masa selanjutnya menjadi concern kami terbesar. Tangisan tersisa kami untuk terus menyadarkan kami bahwa tanggung jawab untuk memastikan masa depan abang menjadi motivasi kami untuk bekerja, membesarkan dan mendidik abang dengan sebaik-baiknya.

Kami memastikan dan meneguhkan diri kami. Abang tetap sinar hangat bagi keluarga kami. Tidak ada yang berbeda, abang hanya tidak mendengar yang artinya abang juga tidak berbicara dengan normal. Hanya itu.

Rencana kami seperti biasanya adalah mengumpulkan informasi. Kami browsing internet, bertanya denga teman dan kerabat apakah mereka punya informasi mengenai tuna rungu.
Rencana kami saat itu adalah kami harus mencoba pengobatan alternatif -- lihat perkembangan --terapi wicara --- alat bantu dengar – sekolah.

Suatu hari kami menemukan satu artikel tentang ear candle (lilin bakar) yang mampu mengobati anak tuna rungu akibat rubella. Bukan kesmbuhan total sebenarnya tapi perkembangannya berupa tingkat desibel yang berkurang dari anak tuna rungu yang mencoba ear candle tersebut. Bagi kami, ini usaha yang layak dicoba. Worth trying. Bagi kami memiliki anak spesial seperti abang membuat kami rela melakuka apapun demi kesembuhan atau kondisi abang yang lebih baik.

Kami mendatangi klinir ear candle di wilayah jelambar Jakarta Barat. Dan langsung ditangani terapisnya. Setelah dijelaskan, kami langsung mengambil paket yang ditawarkan. Sayangnya saat dicoba di klinik tersebut abang sangat sulit diajak kooperatif. Abang masih terlalu kecil untuk diam tak bergerak selama terapi dilakukan.

Ear candle menggunakan lilin bakar yang terbuat dari linen berkualitas tinggi yang didalamnya banyak bahan-bahan yang berguna untuk berbagi macam penyakit seperyi vertigo, sinusitis dan juga masalah teling. Satu lilin panjangnya sekittar 30 cm. Dan lilin tersebut dibakar di telinga pasien. Satu ujungnya masuk ke dalam telinga dan ujung lainnya dibakar. Asap dari lilin tersbut yang dipercayai mengandung khasiat.

Untuk abang, satu terapi menggunakan enam lilin. Tiga di kanan, tiga di kiri. Sayangnya terapi abang hanya bisa dilakukan di rumah, karena abang terlalu kecil dan tidak bisa tenang saat menjalani terapi.
Di rumah, terap lilin bakar itu dilakukan 3 kali seminggu. Yang merepotkan, abang harus dalam keadaan tertidur pulas saat lilin dibakar. Artinya pula baru sekitar jam satu pagi terapi dilakukan.
Maka jangan ditanya sulitnya melakukan terapi lilin bakar buat abang yang baru berumaur satu tahun lebih itu. Kerepotan kami adalah masalah tempat. Abang baru bisa tertidur jika kondisi nyaman dan tenang karena abang biasa tidur dengan AC, sementara jika membakar sesuatu maka kondisi menghangat dan abang menjadi gelisah dan bergerak berulang-ulang. Belum lagi lamanya waktu terapi. Jika dimulai jam satu pagi dengan jumlah enam lilin yang masing-masing memakan waktu 30 menit untuk menyelesaikannya, maka 3 jam yang dibutuhkan untuk terapi, belum lagi waktu yang dibutuhkan untuk menenangkan abang jika abang gelisah dalam tidurnya. Maka tiap terapi, kami menyelesaikannya sekitar jam lima pagi dan kondisi kami sangat kelelahan, sementara abi harus tetap berangkat kerja dan kalau anak-anak sudah bangun di pagi hari maka tidak mungkin juga bagi ummi untuk beristirahat. Subhanallah.

Sekian lama menjalani terapi ear candle ternyata tak berpengaruh apa-apa dengan kemampuan pendengaran abang. Akhirnya kami menghentikan terapi dan mulai berpikir untuk menyediakan alat Bantu dengar bagi abang. Tapi membeli alat tersebut ternyata tidak mudah. Mengingat ini pengalaman pertama kami dan kami tidak memiliki banyak informasi tentang apa itu ketunarunguan, bagaimana penanganannya juga bagaimana bentuk, model juga harga dari alat bantu dengar itu. Tidak mudah. Banyak orang yang kami tanya. Salah satu pertolongan Allah datang, ternyata salah satu teman pengajian abi pernah bekerja di salah satu optic yang juga menyediakan hearing aid. Terima kasih untuk pak Sutisna.

Pak Sutisna merujuk A Kasoem sebagai penyedia alat bantu dengar yang dibutuhkan abang. Kata beliau A Kasoem sebagai penyedia yang cukup kompeten dalam bidang hearing aid. Maka kesanalah kami menuju.

Di A Kasoem, abang sebelumnya konsultasi dengan spesialis THT yitu dokter Faisa Abiratno. Dokter ini menjelaskan banyak hal tentang ketunarunguan dan segala hal yang berhubungan dengannya. Dimana kerusakan terjadi, apa yang menyebabkan seorang anak menderita tuna rungu, bagaimana penanganannya. Semua hal yang dulu menjadi pertanyaan kami saat tahu abang tuna rungu dijawab dengan lugas oleh doketr Faisa.

Yang menenangkan, dokter Faisa mampu membesarkan hati kami. Bahwa memiliki anak spesial dengan kekurangan pendengarantidak berarti menjadi akhir dunia. Dijelaskan bahwa memamng 90% ibu yang menderita rubella, si anak akan menderita tuna rungu. Meskipun si ibu terinfeksi di akhir kehamilan ! bayangkan jika di ibu sebelum hamil telah melalukan pemeriksaan TORCH dan kemudian hamil dan janin dalam keadaan sehat Si ibu pasti sangat bahagia. Tapi takdir berbicara lain saat akhir kehamilan di usia 9 bulan, kemudian si ibu terinfeksi rubella, maka 90 % kemungkinannya adalah si anak tetap tuna rungu. Sebab tunarungu adalah resiko minimal dari janin yang terinfeksi rubella. Ironis. Tapi itulah kehidupan. Tak ada seorang pun yang bisa memastikan segala sesuatunya baik-baik saja dan terkontrol. Apapun bisa terjadi.

Dokter Faisa juga menjelaskan bahwa ketunarunguan tidak mempengaruhi kecerdasan. Si anak tuna rungu tetap mampu mmemiliki kecerdasan yang tinggi. Ini juga termasuk yang membesarkan sebab harapa akan pendidikan yang inggi buat anak yang tuna rungu tetap bisa menjadi pilihan yang memungkinkan. Alhamdulillah.

Namun dokter faisa juga mensyaratkan bahwa untuk pendidikan awal, si anak harus masuk ke sekolah luar biasa terlebih dahulu. Orang tua diharapkan tidak memaksa anak masuk sekolah umum dulu meskin si anak memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Sebab sulit bagi si anak untuk mengikuti cara elajar yang diterapkan di sekolah umum, kecuali si anak sudah mampu belajar baca bibir dan mampu belajar secara mandiri di rumah.

Penjelasan doketr Faisa saat itu sekikt banuyak memompa harapan juga impian kami bahwa tidak ada kurangnya memiliki anak dengan cacat tuna rungu. Abang nantinya tetap bisa bersekolah seperti anak lainnya, yang mungkin membedakan adalah cara abang berkomunikasi.Karena anak tunarungu menggunakan bahasa isyarat , body language dan perkataan yang kelihatan sulit dipahami sebagai caranya berkomunikasi.

Setelah konsultasi dengan dokter Faisa, abang di tes dengan berbagai macam suara di ruang auditory. Mungkin karena saat itu abangmasih terlalu kecil kurang bisa diambil kesimpulan pada tingkat berapa abang bisa mendengar. Tes ini dibutuhkan untuk pembuatan atau setting alat batu dengar yang nantinya akan dipakai abang. Lalu setelah itu ada pencetakan alat bantu dengar, karena nanti digunakan sebagai penopang alat tersebut di telinga abang.

Kami membeli alat bantu dengar dengan merek Oticon yang semi digital. Bukan tidak mau membeli yang lansung digital, tapi hanya segitu kemampuan kami membeli alat bantu itu.Itu pun kami harus menguras tabungan kami, tapi kami tidak menyesal. Membeli alat bantu dengar adalah sebuah investasi buat abang di masa depan. Untuk yang semi digital kami membeli dengan harga 7,7 juta, sedangkan yang digital 24 juta. Semoga nanti abang kalau sudah besar mengerti dan maklum kenapa oaring tuanya hanya mampu menyediakan yang semi digital saja. Gpp ya bang, kemampuan ummi dan abi membeli alat untu abang gak sebanding dengan kecintaan kami yang tak terbatas dan tak akan pernah ada harganya.

Seharusnya saat sudah memiliki alat tersebut, sebanyak mungkin digunakan oleh abang. Minimal 15 menit tiap hari abang harus menggunakan alat itu. Tapi, sekali lagi, sangat tidak mudah memakaikan alat tersebut buat abang. Bentuknya yang pas di telinga membuat kesulitan tersendiri saat memasangkan. Dan memasangkannya pun harus pas agar tidak ada bias yang membuat kuping sakit akibat dengingan yang keluar dari alat tersebut. Sebuah perjuangan tersendiri.

Sayangnya lagi, kelemahan ummi dan abi adalah tidak konsisten saat menggunakannya. Jika abang tidak nyaman, ummi langsung menyerah dan melepas alat tersebut. Dan tidak tiap hari abang dipakaikan alat tersebut. Semakin lama abang tidak pakai alat itu maka semakin sulit pula untuk memakaikan kembaliu alat itu. Duh ya Allah sulitnya.

Hal lain dari penggunaan alat bantu dengar itu adalah belum kelihatan langsung apakah alat tersebut berfungsi atau tidak. Sebab abang saat menggunakannya pun tidak tiba-tiba langsung menengok ketika dipanggil atau ketika ada suara keras langsung menengok.

Akhirnya harapan minimal kami ada di sekolah atau di tempat terapi. Mudah-mudahan abang nanti mau memakai alat bantu tersebut jika melihat teman lainnya menggunakan.

School time

Rencana selanjutnya buat abang adalah mencari sekolah. Sebelumnya abi sempat dapat data dari website depdiknas tentang sekolah luar biasa tapi tidak ada yang ada dalam jangkauan. Maksudnya tempatnya jauh-jauh sekali. Saat itu abang baru saja menginjak usia 2 tahun. Kakak mulai masuk TK A di TK ArRisalah. Ternyata ada orang tua murid yang punya teman yang memiliki anak yang tunarungu. Ummi Syamil memberikan informasi bahwa temannya ibu Ika memiliki anak bernama Farhan yang sekarang berumur 10 tahun dan telah bersekolah sejak usia 3 tahun. Ummi Syamil menyarankan ummi sharing dengan ibu Ika tersebut untuk tahu apa yang dilakukan jika memiliki anak tunarungu.

Kesempatan berharga itu tidak kami siakan. Belum pernah kami bertemu langsung atau tidak langsung dengan orang tua yang memiliki anak tunarungu. Kami lalu menelpon ibu Ika dan mencari tahu apa yang sebaiknya dilakukan sedini mungkin untuk abang. Ibu Ika menceritakan bahwa sebelumnya, Farhan, anaknya, melakukan obeservasi di sekolah Santi Rama yang khusus untuk anak tunarungu. Observasi dilakukan sesuai ekbutuhan. Dari hasil obeservasi itu ditentukan selanjutnya mengenai pendidikan lanjutannya. Anak ibu Ika sendiri menjalani observasi selama satu tahun, setelah itu baru masuk sekolah di TK Santi Rama. Saran yang baik itu langsung kami turuti, kami mendatangi sekolah Santi Rama untuk obeservasi. Santi Rama berada di Kramat VII Salemba. Jarak yang cukup jauh untuk kami tempuh.

Setelah membuat janji dengan bagiann observasi, pagi-pagi sekali kami datang. Kami berangkat bersama abi sehinga abang harus telah disiapkan sejak pukul 5 pagi, jadi setengah 6 bisa langsung berangkat. Berangkat sangat pagi dengan jarak yang jauh membuat segala hal harus disiapkan dengan cermat. Pertama, mengkondisikan abang dan kakak untuk tidur malam lebih awal sehingga bangun bisa lebih pagi. Kedua menyiapkan sarapan dan bekal buat abang dan juga kakak, sebab tidak mungkin bagi abang sarapan sebelum jam setengah 6 pagi. Ketiga, kakak harus diantarkan ke eyang yang bakal mengantar ke sekolah. Maka segala hal harus benar-benar cermat dan tepat waktu.
Sampai Santi Rama, observasi dilakukan jam 8 pagi. Banyak yang dilakukan untuk menilai kondisi abang. Abang harus menyelesaikan beberapa tugas yang diberikan seperti puzzle. Biasanya abang hanya antusias di puzzle kedua dari lima yang diberikan. Juga ada tes suara dengan menggunakan instrumen, tes konsentrasi menggunakan kartu-kartu warna, dll. Abang observasi selama 3 kai kedatangan selam 2 minggu. Di pertemuan keempat, kami bertemu dengan psikolog.

Psikolog dari santi Rama ini menjelaskan bahwa kerusakan pendengaran yang dialami abang cukup parah, kecerdasan abang di atas rata-rata, karena umurnya yang masih kecil maka konsentrasi abang masih mudah terpecah . Kesimpulannya abang harus sekolah untuk langkah selanjutnya dan disarankan bertemu langsung dengan kepala sekolah TK Santi Rama.

Selanjutnya kepala sekolah Santi Rama menjelaskan tentang metode pendidikan yang diajarkan di Santi Rama, kelas-kelas dann penggolongan umurnya, dan terakhir masalah biaya.

Menurut kami metode pendidikannya yang diterapkan sangat baik, tapi mengetahui biaya yang harus dikeluarkan untuk sekolah di Santi Rama cukup besar maka keputusan untuk langsung masuk Santi Rama kami tunda dulu untuk dibicarakan selanjutnya di rumah. Dilema besar bagi kami buat menyekolahkan abang di Santi Rama. Abang memang butuh sekolah, sangat penting bagi abang. Tapi di sisi lain jarak yang harus ditempuh untuk pulang pergi dengan segala persiapan yang hatus dilakukan sebelumnya utuk berangkat sekolah juga menjadi pertimbangan. Hal lainnya yang juga berat bagi kami adalah kakak. Kakak yang baru masuk sekolah pasti masih membutuhkan perhatian dan dukungan orang tuanya untuk beradaptasi. Selama ini, meski kakak masih berumur 4 tahun, kakak sudah sering dituntut untuk lebih mengerti mengenai kondisi adiknya, sehingga kadang kami merasa kakak tidak terlalu diperhatikan dibandingkan kebutuhan abang. Nahh..apalagi jika abang disekolahkan ke Santi Rama yang jaraknya jauh dari rumah, kami harus meninggalkan kakak, menitipkannya pada eyang, tidak menunggui kakak sekolah, dan tidak terlibat dengan aktivitas sekolah kakak yang melibatkan orang tuanya. Apa yang akan dirasakan kakak? Belum lagi jika abang pulang sekolah siang hari, maka yang ada pastinya hanya rasa lelah karena jauhnya perjalanan dan pastinya ummi langsung tepar istirahat sampai sore, sementara kakak belum terperhatikan dari pagi sekali hingga sore. Kapan waktunya untuk berbagi perhatian dengan kakak? Kakak Asmaa adalah anak yang kritis dan perfeksionis. Butuh waktu untuk menjelaskan segala hal yang ditanyakannya. Ummi berpikir, jika tiap hari ummi kelelahan mengurusi sekolah abang, urusan rumah, maka tensi ummi akan selalu tinggi karena kelelahan. Dan jika ummi lelah maka ummi akan tidak siap untuk kakak. Untuk mengajarkan kakak baca iqra’, belajar membaca dan menjawab semua pertanyaan kakak tentang segala hal.

Kakak memang anak yang spesial. Seakan dia diturunkan Allah dengan segala kemudahan. Juga dianugerasi kasih sayang dan pengertiaan yang bagi ummi amazing untuk anak seuasia kakak. Kakak memang tidak sempurna, kakak bukan anak yang cantik sekali menggemaskan, kakak juga jarang langsung nurut jika diperintah kecuali dengan alasan yang masuk akalnya. Dari bayi, kakak juga mudah. Lahir di puskesmas dengan biaya murah, meski tetap diinduksi juga 2 botol, kakak juga gampang makannya, apa aja yang disuapkan pasti dimakan.Kakak sangat menceriakan, sukanya menyanyi, menari. Tapi kalau bermain, lebih suka main dengan anak laki-laki, di ajak berantempun kakak tidak bakal surut.

Semuanya yang dimiliki kakak seakan anugerah Allah yang dipersiapkan sebagai pelindung bagi adiknya, abang, yang memiliki kekurangan. Kakak sedemikian pengertiannya akan kondisi adiknya. Tapi karena itulah maka rasanya tidak adil buat kakak jika semua perhatian ummi dan abi hanya tercurah untuk urusan abang saja.

Pertimbangan itulah yang membuat kami memutuskan abang tidak bersekolah di TK Santi Rama, mungkin nanti saat SD saja abang masuk Santi Rama mngingat SD-SMU Santi Rama ada di Cipete.
Maka tiap pagi, ummi antar kakak ke sekolah bersama abang. Kami menjadi 3 musketeer yang tak terpisahkan. Yang menyenangkan setelah mengantar kakak, ummi dan abang jalan-jalan dan sarapan di luar. Menyenangkan menghabiskan waktu tanpa harus terburu-buru. Tapi di saat yang sama ummi tetap open eyes, open mengenai sekolah alternative buat abang selain SantiRama yang memungkinkan dari segi jarak dan juga bisa membagi perhatian yang adil buat kakak dan abang. Karena merekalah dunia yang ummi miliki. Dengan abi didalamnya juga, ummi mendedikasikasikan seluruh hidup demi kebahagiaan mereka. Dan ummi bahagia dan merasa cukup jika kebutuhan mereka terpenuhi. Kesehatan, pendidikan, pangan, semua hal.

Abang sekolah

Suatu hari, tanpa sengaja, setelah menjenguk teman di RS Zahirah, ummi melewati satu sekolah di wilayah Jagakarsa. Ummi membaca kalau sekolah itu adalah SLB Nur Abadi. Maka ummi berencana untuk mendatangi sekolah tersebut untuk mencari informasi. Alhamdulillahnya, saat itu ummi sudah punya motor sendiri. Sebenarnya motor terebut dibeli memang untuk kebutuhan abang terapi.

Mengingat abang paling tidak bisa naik angkot atau bis. Yang terjadi bisa-bisa abang loncat dari angkot tersbut. Sebab tipikal abang benar-benar tidak bisa diam dan tidak bisa tenang.

Suatu Senin, ummi naik motor ke Nur Abadi, langsung bertemu dengan wakil kepala sekolah. Dijelaskan tentang sekolah dan juga pengajarannya. Sekolah Nur Abadi diperuntukkan bagi anak tuna rungu dan tuna grahita. Sayangnya untuk umur abang belum bisa diterima karena usia masuk TK Nur abadi adalah 4 tahun. Tapi baiknya, wakil kepala sekolah Nur Abadi memberikan list sekolah lain yang bisa ummi cari tau apakah ada SLB yang menerima anak usia 2 tahun.
Di list yang diberikan ada 3 SLB yang bisa ummi datangi. Pertama SLb Sana Dharma di dapur susu Fatmawati, SLBN di jl. Pertanian Lebak Bulus, SLBN di jl. Media Srengseng Sawah.

Selasa esoknya, ummi berencana mengethui keberadaan SLB Sana Dharma. Ditemani oleh mbak Iwin yang lumayan paham daerah Intan dan Fatmawati, maka setelah beberapa kali kesasar, ketemmu juga sekolah itu. SLB ada di area yang sebenarnya tidak terlalu besar. Tapi bentuknya memang sekolah. Ada lapangan rumput meski tidak luas. Ruang kelasnya juga banyak meski tidak besar. Sana Dharma ada di tengah pemukiman di daerah dapur susu, tepatnya di Jl. Wijayakusuma III Gg. Sidik Cilandak. Di Sana Dharma, anak yang berusa dini bisa diakomodir alias bisa diterima.

Setelah mendapatkan informasi, slanjutnya ummi dan mbak Iwin meluncur ke arah karang tengah lebak bulus. Jalan-jalan yang ummi lewati belum pernah ummi lalui sebelumnya. Sempat tersasar juga tapi akhirnya ketemu juga dengan SLBN di jl Pertanian Lebak Bulus. Area sekolah tersebut sangat luas, dan rindang karena pohonnya besar-besar. Selain untuk tuna rungu, SLBN juga sangat lengkap karena juga ada seklah untuk tuna netra dan tuna grahita. Tapi sayangnya SLBN ini juga tidak menerima murid TK. Maka dari dua sekolah di atas yang paling mungkin adalah Sana Dharma. Ummi memang berencana menyekolahkan abang sedini mingkin. Kebutuhan abang akan komunikasi lebih khusus dan membutuhkan ahlinya. Ummi lebih memilih menyekolahkan abang dibanding abang terapi karena berpikir jika sekolah maka waktunya menjadi lebih intensif dibanding terapi yang mungkin cua maksimal 2 jam selama 2 kali dalam seminggu. Sekolah juga menyediakan tata karma, peraturan, disiplin yang leih komprehensif. Dan juga mengingat referensi hasil observasi di Santi Rama yang menyarankan langsung sekolah maka langkah selanjutnya yaa abang harus sekolah.

Ummi bertemu dengan kepala sekolah Sana Dharma untuk penjelasan bagaimana proses penerimaan siswa baru. Kepala sekolah Sana Dharma, bu Neneng, menjelaskan sebelum masuk sekolah Sana Dharma, abang harus mengikuti obesrvasi sejenis les privat dengan satu guru dari Sana Dharma. Maka mulai Februari 2008, tiap Kamis dan Sabtu abang les privat. Hari kamis dengan ibu Eem dan hari Sabtu dengan ibu Win.

Seiring waktu, les abang Cuma hari sabtu jam 10 dengan ibu Win. Selama beberapa bulan abang tidak mau ditinggal, ummi harus tetap berada di kelas. Abang terlihat menjadi anak yang tidak mandiri dan sulit beradaptasi, padahal ibu Win sudah membuat segala hal sekondusif mungkin.

Cara lain ditempuh, ummi ajak kakak ikut abang les privat. Karena hari Sabtu dan kakak libur maka kakak excited aja diajak ke Sana Dharma. Dan karena pelajaran yang diberikan ibu Win menyenangkan maka kakak untuk beberapa saat tidak keberatan ikut masuk bersama abang. Sebulan di kelas dengan kakak, akhirnya abang berani ditinggal sendiri dengan ibu Win. Subhanallah, kemajuan abang seperti ini yang membuat ummi terharu. Setelah berulan-bulan baru kali ini abang mau ditinggal. Rasanya begitu membanggakan. Padahal hanya abang mau ditinggal sendiri, bagi ummi ibarat dikasih durian runtuh jatuh dari pohon. Gak mau dong ketiban durian.

Itulah bedanya dengan kakak. Padahal kakak juga dari masuk sekolah hari pertama juga langsung ditinggal ummi dan kakak sanggung buat tegar malah menikmati kemandiriannya. Sedangkan abang butuh tiga bulan untuk berani masuk kelas sendiri dengan bu Win. Tapi kedua hal tersebut sangat membanggakan. Meski kemandirian abang dibanding kakak jauh lebih kecil, tapi sekecil apapun yang abang bisa tetap sangat membahagiakan.

Tahun ajaran baru datang. Kakak naik ke kelas TK B dan abang masuk sekolah.

Hari pertama dan kedua masuk sekolah kakak masih menemani karena kakak baru masuk hari Rabu. Abang memang oke aja jika ditemani kakak. Di hari ketiga, hanya doa-doa yang bisa ummi luncurkan buat abang agar abang berani dan tidak rewel ketika harus berada di kelas bersama teman-temannya. Alhamdulillahnya gurunya abang adalah ibu Win, jd untuk adaptasi dengan guru tidak terlalu menyulitkan.

Di hari ketiga ini, abang benar-benar memberi kejutan. Abang berani masuk kelas sendiri!! Alhamdulillah wa syukurillah Hari-hari selanjutnya abang lebih kooperatif. Jika awal-awalnya banyak menangis maka hari-hari selnjutnya berkurang tangisan abang. Abang juga, menurut ibu Win, mau mengikuti apa yang diajarkan meski untuk keterarahan wajah, sebagai syarat utama anak tuna rungu memahami pembicaraan, abang belum bisa focus dalam jangka waktu lama.

Menurut ummi, aktivitas sekolah jadi sesuatu yang yang menarik bagi abang. Abang yang biasanya bergaul hanya dengan ummi, abi, kakak dan lingkungan rumah, maka dunia abang bertambah lebar dengan mengenal teman-teman baru dan guru-guru yang ada di Sana Dharma.

Sebagai informasi, awalnya, satu kelas abang terdiri dari tujuh orang dengan usia yang berbeda-beda. Leo berusia 8 tahun, Alief 7 tahun, Cisha 5 tahun, Celvin 5 tahun dan Alya 4 tahun. Dan abang murid termuda. Mungkin karena merasa paling kecil, sikap abang cenderung pragmatis dan main aman. Abang yang biasanya di rumah agresif atau bahasa kasarnya rese’, tidak bisa diam dan cenderung tidak mau mengalah, di sekolah jadi murid paling kalem sesekolahan. Orang tua di sana menganggap abang anak yang tenang dan tidak pecicilan. Hehehe gak tau aja kalau di rumah bagaimana.
Kemampuan kognitif abang pun meningkat. Walau belum mampu mengucapkan satu kata yang berarti tapi abang mau belajar dan mengerjakan tugas-tugas pekerjaan rumah yang tiap hari diberikan. Secara motorik abang pun berkembang. Abang mampu melakukan kegiatan menggunting, mengelem dan jangan tanya buat mewarnai..he’s the man.

Dalam interaksi sosial dengan temannya, abang juga bukan anak pencari masalah, dan cenderung mudah diarahkan oleh gurunya. Manurut pengamatan ummi, anak-anak tuna rungu adalah anak-anak yang cenderung selfish atau egois. Apa yang mereka inginkan dan tidak mereka dapatkan mudah membuat mereka jadi tantrum. Dan kadang karena tantrum mereka jadi agresif. Padahal yang membuat mereka kesal karena kesulitan mereka berkomunikasi dan sebagai orang tua juga kadang tidak mengerti apa yang mereka mau.

Makanya kesabaran bagi orang tua yang anaknya tuna rungu jadi harga mati. Membesarkan anak spesial seperti mereka butuh keluasan hati dan kesabaran tak berbatas.

Sistem di Sanadharma

Jelas berbeda sekolah untuk anak normal dengan sekolah luar biasa bagi anak tuna rungu. Untuk aktivitas, tidak ada bedanya, seperti upacara tiap hari Senin, sebelum masuk sekolah baris dulu di depan kelas, berdoa sebelum belajar, ada ekskul renang, pramuka, silat. Untuk anak TK, jam sekolahnya mulai 7.30 hingga 10.30. Untuk tingkat dasar 7.30 hingga 11.30. Sana Dharma juga mengadakan tes, mid tes dan final bagi muridnya. Dan itu konsisten dijalankan meski mereka menangani anak-anak spesial. Jadi tidak ada yang diistimewakan, semua proses belajar mengajar mengikuti kurikulum yng telah ditetapkan oleh depdiknas.

Itu juga kali ya yang membuat kita, sebagai orang tua dari anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak terlalu down.Karena sekolah membuat anak-anak berad di jalur yang benar. Pastinya tiap orang tua saat tahu anaknya cacat akan kebingungan bagaimana cara mendidik dan membesarkan anak-anak dengan sebaik-baiknya hingga mampu mandiri.

Nahh keberadaan sekolah bagi anak-anak berkebutuhaan khusus terasa seperti oase yang mendinginkan hati tiap orang tua yang gelisah yang kuatir akan masa depan anak-anak tercinta.
Guru-guru di Sana Dharma juga luarbiasa sabarnya. Sebab jelas tidak mudah menangani anak-anak yang tidak bisa mendengar dan berbicara. Mereka sedikit demi sedikit mengajarkan berbicara, menulis dan semua aktivitas sekolah. Mereka, para guru, memiliki teknik untuk menangani anak-anak tuna rungu yang cenderung lebih egois dan mudah tantrum jika keinginannya tidak terpenuhi, padahal tidak semua keinginan bisa dan boleh terpenuhi.

Lucunya, kadang anak-anak di sekolah lebih ‘mendewakan’ guru di sekolahnya, lebih menurut jika diperintah dibanding oleh orang tuanya sendiri. Di sisi lain hal ini menunjukkan bahwa anak memiliki minat belajar yang baik dan di sisi lain orang tua harus banyak belajar cara mendidik dan membesarkan anak-anak spesial ini.

Di Sana Dharma sendiri, selain ilmu-ilmu umum saparti layaknya di sekolah anak normal lainnya, juga diberikan pendidikan ketrampilan seperti menjahit dan otomotif. Ketrampilan ini diharpkan berguna buat anak-anak spesial agar menjadi manusia mandiri yang tidak menyusahkan siapapun.
Menyekelohkan anak-anak berkebutuhann khusus adalah hal terbaik yang bisa orang tua lakukan. Dengan sekolah kita mengangkat derajat anak kita sendiri. Membekalinya dengan ilmu dan kemampuan yang nantinya mereka butuhkan untuk menghadapi hidup. Sekolah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dengan anak-anak spesial yang berkebutuhan khusus seperti abang. Sekolah menjadi guidance book bagi orang tua bagaimana mengajarkan anak. Orang tua juga bisa share dengan para guru yang menangani anak kita agar perkembangannya menjadi lebih terarah.

Sekolah adalah sebuah kemustian bagi kita. Tak usah lagi berfikir mencari ‘orang pintar’, dukun atau semacamnya. Hanya buang-buang waktu, buang uang tapi hasil tidak jelas. School is the best lah..Ever !!

Zaidan at school

Zaidanku kini masuk tahun kedua bersekolah disana. Abang zaidan masih di TK dengan lima murid perempuan lainnya. Yup, abang is the only man at class. Umur teman-teman abang juga sekarang sepantaran. Rata-rata 4 tahun.

Sistem di sekolah Zaidan memang memungkinkan fleksibilitas. Ketika ada murid masuk, maka yang dilihat pertama adalah kemampuan bahasanya. Meski umur sudah 7 atau 8 tahun, tapi ia baru pertama bersekolah, maka disebutlah ia murid dengan zero bahasa. Oleh guru dibuatlah percepatan perkembangan kemampuannya agar di tahun berikutnya bisa dikelompokkan dengan murid seusianya.

Abang di antara lainnya termasuk murid lama. Si kembar Via-Vina, Alya, Ilma dan Lia baru masuk setelah Zaidan. Karena tidak ada murid lelaki yang lebih besar abang jadi jagoan, tapi tetap manis kok kalo menghadapi anak perempuan. Di sekolah abang belajar sambil bermain. Memang usianya tidak dipaksa untuk langsung belajar

Me and my heart : Time to share

Dan disinilah ummi sekarang berusaha merangkai cerita sedetil dan sejelas mungkin. Awalnya ditujukan untuk anakku Zaidan ‘abang’ Zufar Rahman yang pasti suatu saat akan bertanya kenapa aku berbeda. Tapi kau tidak berbeda, sayang. Kau tetap anak ummi yang hitam legam dengan senyum manis yang cool bangettss itu lohh

Tapi pastinya rasa yang ada sekarang jauh berbeda dengan apa yang dirasa dulu. Sama sekali berbeda. Saat ini ummi lebih tenang dan mampu menerima kondisi abang apa adanya. Yahh look at him now, abang sama senangnya dengan anak normal ketika bermain atau jalan-jalan. Malah lebih kali, dengan tipikal abang yang memang gak bisa diam sama sekali. Alhamdulillah.

Abang kini, thanks to pihak sekolah yang banyak mengajarkan cara berbicara, kedisiplinan dan juga aturan dan kesenangan bersekolah, juga keluarga yang 24/7 support apapun yang cucu mereka butuhkan, lebih banyak kemajuan yang didapat abang. Abang bisa lohh ngucap huruf vocal a – i – u – e – o , meski gak sesempurna anak normal, but it means a lot. Subhanallah. Kata demi kata yang mampu keluar dari mulut abang adalah hal yang ditunggu dan diharapkan, dan ketika bisa diucapkan abang, maka keberkahan dan kebahagiaan seakan melingkupi hati kami. Sedemikian dalam. Di sekolah abang pun mulai exist. Dia mulai enjoy menjadi bagian sesuatu yang bukan rumah saja. Maka hari sekolah adalah hari yang menyenangkan buat abang dan tidak pernah sulit membuat abang bersekolah kecuali kalo tidur kemalaman dan buat bangunnya jadi kesiangan.

Dan tipikal abang yang abi abis. Abi abis maksudnya sama banget kelakukan dan karakternya sama abi yang suka becanda, gak serius dan main oriented deh. Yahh that’s my boy.

*writer's note : this writing to be continued.. there are 2 years pausing. I'll try to write those missing years. With new spirit, new goal...i'll write amazing story about you, my dear sunshine boy. I'll show the world how grateful i am to have you. Special boy makes me as a special mom.

Ayoe..fightiiing!!

Sumber :  http://justayoe.blogspot.com/2011/09/all-about-abang-zaidan.html

All about Abang Zaidan

Ini tulisan dibuat tahun 2009. Dibuat karena suatu hari akan datang masanya abang zaidan bertanya kenapa dia berbeda, tidak seperti anak lainnya yang normal. Aku menyimpan tulisan ini sambil menunggu saat itu tiba. Tapi, pikir-pikir lagi, kenapa gak dimasukkin ke blog ya. So then, here' s a story about you, my sunshine boy, Zaidan Zufar Rahman..



My Zaidan
 
Tokoh sentral dari kisah ini adalah seorang anak berumur 4 tahun. Anak laki-laki yang manis, yang sepanjang keberadaan dirinya selalu penuh cobaan. Yang kami harapkan dengan adanya cobaan itu, mampu membuat anak tersebut dan keluarganya lebih kuat, solid dan bisa menjadi makhluk, yang kalau sulit jadi makhluk Tuhan yang tercipta paling seksi, lebih baik menjadi makhluk Tuhan yang berguna bagi orang lain, setidaknya bisa mandiri.
 
Anak tersebut bernama Zaidan Zufar Rahman. Lahir tanggal 11 Oktober 2005, dengan berat 3,15 kg dan panjang 51 cm. Lahirnya di klinik Al-Fauzan di Condet, dibantu oleh dr. Prita.
 
Kami biasa memanggil anak kami dengan sebutan abang, bukan tanpa alasan. Dulu waktu lahir dan saat bayi, karena Zaidan sudah berkakak, kami memanggilnya sama seperti anak lain yang mempunya kakak, yaitu adek. Tapi muka Zaidan tidak seperti adek pada umumnya. Zaidan berkulit hitam dari lahir, sampai ada yang memanggilnya si Ucup, tokoh di Bajaj Bajuri yang kocak dan berkulit hitam. Garis wajahnya juga keras dan cenderung tegas, tersirat sekali kalau anak ini berkarakter keras dan kuat. Karena ketidakcocokan posisi adek dengan wajahnya, maka kami sepakat memanggilnya abang. Abang Zaidan. So manly.
 
Satu hal dari wajah abang yang bisa melembutkan karakter wajah abang yang keras, adalah senyum abang yang manis banget. Rasanya kalau lihat abang tersenyum, semua gundah gulana melumer, meresap dan menyenangkan. Seperti kena sinar matahari pagi yang hangat. Nyesss..
 
Abang juga punya mata yang cenderung sipit, mungkin dari nenek Pomad, soalnya abi, ummi, eyang juga tidak bermata seperti abang. Hal lain yang juga jadi ciri abang, muka abang lebih mungil. Muka kakak Asmaa cenderung besar kayak abi, sedang ummi panjang, walaupun sekarang sudah tidak terlalu panjang lagi sejak berat badan naik. Kami menuduhnya, muka mungil abang seperti pak Puh Kadimin, kakaknya eyang Ti yang tinggal di Kediri.
 
Saat ini badan abang juga ndutt. Beratnya sekitar 16 kg. Sebenarnya gak ada masalah dengan makanan. Abang nyaris menjadi pemakan segala makanan. Bagi abang, cuma ada dua tipe makanan, enak dan enak banget.
 
Kondisi abang saat kecil (sekarang juga masih kecil sih) dibanding kakak juga lebih rentan. Abang gampang sakit. Alhamdulillah, sakitnya abang seputar batuk-pilek, dan jarang panas. Itupun jarang ke dokter. Sebab kadang, saat abang sakit, abang masih mau makan dan main/bergerak. Jadi yang digencarkan saat abang sakit ya cairan dan makanan yang lebih bergizi lagi. Asupan makanannya jadi lebih diperhatikan.
 
Tapi alhamdulillah abang kalu sakita tidak lama-lama. Kalau ummi lihat abang panas dan gak enak badan, langsung aja bikin sop bakso yang kaldunya nyammyy banget dan abang pasti suka meski makannya sedikit-sedikit.
 
Kesukaan abang main puzzle,  sepakbola dan main air. Berenang dan main hujan-hujanan jadi momen spesial buat abang. Dia kelihatan excited banget kalau dibolehkan main hujan dan diajak ke kolam renang di Kukusan. Menyenangkan melihat abang senang. Begitupun kalau sedang menyelesaikan puzzle, bisa berjam-jam abang tekun bongkar pasang puzzle itu, meski kadang butuh bantuan, tapi abang yang bakal memberikan sentuhan terakhir puzzle itu. Begitu pun kalau lihat bola. Segala macam bola bakal dia tendang. Abang juga suka lihat pertandingan bola di tv. Gak tau apa abang udah ngerti apa belum permainan sepak bola
 
Sekarang abang nambah juga kesenangannya yaitu nonton Ultraman, Power Ranger, Ben10 sama Transformer.
The Beginning
 
Awal mulanya mengandung abang itu saat kakak masih umur  1;4 bulan. Kakak Asmaa masih menyusui, tapi kemudian disapih karena ada abang. Sebenarnya kita belum planning punya anak, tapi kehamilan kedua ini tetap disambut antusias karena pada dasarnya kami kami mengharapkan anak kedua dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
 
Kehamilan abang berbeda dengan kakak. Waktu hamil kakak, ummi cenderung lebih ringan, atau umumnya orang menyebut hamil ngebo, bisa makan apa aja, gak ada mual-muntah atau lemas. Dan waktu hamil kakak, makanan juga dijaga banget, macam snacks atau softdrink gak bakal lewat mulut deh. Tapi waktu hamil abang, sungguh berbeda. Yang namanya mual-muntah nyaris tiap hari tiap malam. Dan mualnya juga luarbiasa. Alergi juga ngerasain nasi sehingga kurang juga menjaga makanan. Dan yang  namanya mabok, lemas..wahh..gak ada duanya. Nyaris sampai 5 bulan masih merasakan sensasi memabukkan dan melemahkan dari kehamilan.
 
Untuk kontrol kehamilan abang ini, ummi masih datang ke puskesmas kecamatan Pasar Minggu yang ada di jln Kebagusan itu. Selain karena sudah kenal dengan para bidan disana, suasananya juga akrab, karena waktu hamil dan melahirkan Asmaa juga disana. Tiap bulan, ummi datang ke puskesmas untuk sekedar periksa tekanan darah, lihat kondisi janin dan juga untuk mendapatkan vitamin dan kalsium.
 
Saat kehamilan abang usia 12 minggu, terjadi hal yang di luar kendali dan keinginan, namun dapat merubah nasib dan masa depan abang. Sebelum ummi terserang campak Jerman, sehari sebelumnya, ummi ingat itu hari Jumat, ada mantan teman sekolah yang akan meninggalkan Indonesia karena mengikuti suaminya ke luar negeri. Sebagai farewell party-nya kita jalan-jalan ke Ragunan ngajak Asmaa dan teman2 lainnya. Sebenarnya dari pagi udah berasa kondisi badan gak fit. Tapi karena janji, maka tetap rencana berjalan. Berangkat bawa Asmaa sama tante Titis. Asmaa senang banget ke Ragunan, pulangnya kita ke KFC di mal Cilandak.
 
Kondisi mulai drop esok harinya, Sabtu, seluruh badan panas dan bercak-bercak merah.  P Pikirku ini pasti campak. Tapi tidak bisa dipastikan karena badan lemas dan tidak kuat jalan juga tidak ada yang jaga Asmaa. Tapi kemudian Alhamdulillah, ibu datang, sehingga segera periksa diri ke bidan terdekat. Yang mengejutkan, kata bidannya, janinnya malah tidak ada dan tes ulang pakai test kehamilan lagi dan hasilnya meragukan. Bidan menyarankan sabtu itu langsung ke puskesmas Pasar Minggu untuk USG dan bidan hanya memberikan vitamin dan losion untuk anti gatal.
 
Tambah bingung aja, masalah campak belum selesai, masih ditambah kalo janin tidak ada. Tanpa pikir panjang, langsung ke puskesmas. Lumayan menunggu lama, selain kondisi badan juga sedang drop, tenaga gak ada, cukup lama juga nunggu di antrian. Saatnya tiba, ternyata  janin abang ada, Cuma memang ukurannya kecil. Dokternya juga gak komentar apa-apa tentang campak, dan cenderung gak tau apa pengaruhnya bagi janin. Padahal dia dokter kan ya, sekolahnya lama, Sp.Og pula, masa tidak paham apa pengaruh ibu yang terkena campak bagi janin.
 
Abi jemput ummi saat pulang. Dan saat  di rumah, kami mencari informasi tentang campak bagi ibu hamil. Hasilnya cukup mengejutkan lagi. Hari itu terjadi kejutan berulangkali. Pertama dari bidan yang bilang janin tidak ada dan kedua kami dapat informasi bahwa bisa jadi campak ini campak Jerman yang sangat berbahaya bagi ibu hamil karena bisa mengakibatkan kecacatan bagi bayi saat lahir nanti. Dan kecacatan itu bisa menyerang telinga, mata dan jantung.
 
Ya Allah, rasanya kebingungan dan kekuatiran menelan kami. Kami tidak bisa bicara lagi, tapi harus ada yang dilakukan. Kami harus bertanya pada ahlinya. Padahal hari itu malam minggu, mana ada dokter spesialis kandungan yang praktek. Semua rumah sakit dan klinik kami telpon untuk ahu apakah ada dokter spesialis kandungan yang praktek. Dan satu-satunya yang bisa kami datangi adalah JMC di Buncit. Hanya di JMC, ada dokter spesialis kandungan yang praktek di malam minggu. Tanpa menunggu waktu, kami langsung menuju kesana.
 
Dokter kandungan yang pertama kami temui adalah dr. Tamtam Otamar, SpOg. Dokter tersebut langsung memberikan resep seabrek antivirus dan langsung menyarankan tes darah untuk rubella.
Rubella. Satu kata yang akhirnya menjadi akrab diucapkan sampai saat ini.
 
Mulai malam itu, hari-hari kami terus dibayangi kekuatiran juga kecemasan yang berlebihan. Rasanya kalau tidak beriman, membayangkan akan memiliki anak yang cacat, bisa sedemikian mendepresikan. Tapi dukungan suami dan keluarga menyadarkan, bahwa semua kehidupan yang ada di alam ini sudah diatur oleh Allah. Dan jika memang ini menjadi ujian dari Allah, maka kita harus ikhlas menjalankan peran itu sebaik-baiknya, karena nanti tempat kembalinya tohh ke Allah juga. Namun meski kesadaran untuk berpasrah dan berlepas telah disadari, tapi dalam hati yang paling dalam, sebaris doa terus dipanjatkan siang dan malam, dan selalu dengan diiringi tangisan yang kadang sangat sulit dihentikan demi mengharapkan bayi yang lahir nanti sehat dan sempurna, dan mohon dikuatkan jika ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Malam-malam rasanya sulit untu ditenangkan, karena selalu ada kegelisahan. Dan hanya kepada Allah semua diserahkan kembali.
RUBELLA, Thats why
 
Hasil tes darah di JMC memang mematahkan hati. Yah, ummi positif rubella. Yang artinya darah plus jnin yang ada dalam rahim ummi terinfeksi virus sadis ini. Sebab ada dua virus yang membahayakan ibu hamil, virus toksoplasma dan rubella, karena virus ini mampu menembus selaput janin ketika si ibu terinfeksi. Beda dengan tokso, penyebab virus rubella ini belum diketahui, atau belum ummi ketahui dan bisa saja karena ummi belum banyak bacaannya tentang virus yang satu ini. Yang Cuma diketahu hanya cara untuk menghindarinya, yaitu si ibu harus vaksin MMR..yahh a little bit too late buat yang udah terinfeksi, dan tidak ada cara juga untuk sedikitnya berkelit menghindari dampak kerusakan dari virus ini kalau kita udah terinfeksi ketika hamil.
 
Dan virus ini juga sangat berbahaya bagi ibu di awal kehamilan, semakin muda bulan kehamilan maka kemungkinan kerusakan yang diakibatkan juga semikin besar. Jika terinfeksi di trimester awal , maka kerusakannya bisa 80-70 %, jika di trimester kedua maka resikonya bisa turun jadi 60-50 %. Dan jika di trimester ketiga, maka kerusakan yang diakibatkan bisa 30-20 %. Angka-angka  tetap hanya angka-angka. Apapun yang bisa mengakibatkan ketidaknormalan buah hati kita, sekecil apapun akan tetap menghancurkan hati dan mengkuatirkan
 
Apalagi Zaidan terinfeksi saat masih di 12 minggu kehamilan, yang artinya resiko kerusakannya bisa sangat besar. Untuk gambarannya, janin yang terinfeksi virus rubella ini merusak fungsi-fungsi organ, artinya si anak ketika lahir, memang punya telinga, tapi tidak akan berfungsi, pasti punya mata, tapi kemungkinan rusak, ataupun jantungnya pasti ada tapi mungkin terjadi ketidaknormalan. Nahh  ketiga organ tersebut yang menurut bacaan yang dibaca ummi kemungkinan besar diserang yaitu telinga, mata dan jantung. Maka membayangkan anak kita nantinya cacat di telinganya, di matanya dan bermasalah di jantungnya, benar-benar membuat ummi patah hati. Rasanya langit runtuh dan gairah untuk menjalani kehamilan yang menyenangkan menguap dan hanya diisi oleh sesal tak beralasan juga kesedihan yang rasanya tidak ada ujungnya. Ummi depresi.
 
Alhamdulillah ummi punya pendamping seorang suami yang selalu mengingatkan bahwa apapun yang nanti terjadi adalah kehendak Allah. Ummi juga diminta agar jangan putus harapan dan doa kepada Allah. Meminta terus menerus yang terbaik bagi kami dan keluarga.
 
Hari hari setiap saat, setiap waktu hanya terisi panjatan doa agar anak yang terlahir sehat sempurna. Hanya itu, dan hanya itu. Rasanya perasaan begitu menciut dan begitu kecil dan tak berdaya. Apalagi yang bisa dilakukan seorang hamba selain berpasrah dengan apa yang sudah digariskan untuknya
Kepasrahan kami membuat kami menjadi lebih kuat. Meski usia pernikahan kami baru 3 tahun, ujian ini membuat kami saling menguatkan dan mendukung. Abi sering mengingatkan jika ummi bertanya akan siapkah kita jika memiliki anak yang tidak sempurna. Jawaban yang abi berikan selalu menentramkan dan membuat ummi lebih kuat. Ya, hes a great man.
Treatment
 
Pasrah tanpa berbuat kok juga tidak bijak. Dengan tau kalau hasil tes darah ummi positif rubella maka kami banyak cari info tentang virus ini dan dampaknya bagi janin dan kemungkinan kerusakan yang diderita. Sayangnya tidak banyak informasi yang mendalam dan bagaimana penanganannya. Atau mungkin juga karena kasus akibat virus ini juga jarang kali ya. Kami juga banyak cari buku-buku tentan rubella ini, tapi itu pun tidak pernah kami temui.
 
Selanjutnya, ummi kontrol di klinik Al Fauzan di Condet, ditangani dr. Prita. Alhamdulillah bu dokter sangat komunikatif dan menenangkan sehingga saat menjalani kehamilan abang, ummi lebih tenang dan berusaha melakukan apa saja yang terbaik untuk abang, sedapat mungkin bisa meminimalisir resiko dari kemungkinan bayi abang cacat. Ummi lebih tenang dan bisa berfikir positif. Dengan dokter Prita, ummi menjalani terapi obat. Seabrek anti virus dan vitamin harus ditelan tiap hari. Dan selama hampir tiga bulan ummi minum obat-obatan yang diberikan. Tujuan pemberian antivirus ini, sepanjang yang ummi pahami adalah untuk meminimalisir kerusakan yang diakibatkan virus ini sebab tidak ada cara untuk mengukur seberapa kerusakan yang dialami oleh janin dalam rahim ketika sudah terinfeksi.
 
Di bulan ke-7 dokter minta ummi tes darah lagi untuk mengetahui apakah virus rubella masih ada atau tidak. Di lab Prodia Pasar Minggu, ummi tes darah rubella, ternyata alhamdulillah sudah tidak ada. Igm-nya udah di bawah normal.
 
Buat yang belum paham, ketika tes darah, ada IgG dan IgM. IgG menunjukkan adanya antibodi virus tersebut dan IgM kalau diatas batas normal menunjukkan kita terinfeksi.
 
Kontrol untuk penanganan ummi juga lebih ketat. Selain urusan obat-obatan, ummi ke dokter Prita juga lebih sering dibanding ibu hamil lainnya. Tiap periksa, pasti di USG untuk lihat segala sesuatunya. Untuk kehamilan abang, ukuran abang termasuk sedang, tidak besar, tapi tidak kurang juga. Dokter kasih saran untuk banyak minum susu dan es krim..mmmnnnymm ..gak nolak dehh.
Day by day
 
Kehamilan abang kali ini juga berbeda. Lebih melelahkan dan payah. Ummi gampang banget yang mengalami sakit kepala juga mual hebat. Duhh rasanya berat banget. Tiap pagi tiap malam diisi dengan mual dan pastinya muntah yang luarbiasa melelahkan. Baru kali ini ummi merasakan bahwa mual muntah orang hamil itu bisa payah banget. Bayangin aja, untuk mengeluarkan muntahan itu kita bisa sampai terkencing-kencing dan harus mengeluarkan cairan kuning yang luarbiasa pahit. Kalau cairan pahit itu sudah keluar, baru badan enakan.
 
Urusan makanan juga bisa jadi masalah. Untuk kehamilan yang kedua ini, ummi gak bisa makan nasi. Lihat nasi ..wuihh..sejuta deh mualnya. Padahal tiap hari tetep masakin buat Asmaa dan abi kalo lagi makan di rumah. Mentok2, ummi hanya bisa kemasukan mi instant atau sate lewat depan rumah. Ini kali ya kenapa surga di bwaha kaki ibu, sebab baru urusan hamil aja udah bikin teparDan akhirnya ummi baru bisa enjoy menjalani kehamilan ini setelah bulan ke-5.
 
Tentang apa yang terjadi, kesadaran bahwa ummi telah terinfeksi rubella dan janin abang bakal bisa jadi kemungkinan besar gak sempurna telah ummi rasakan sejak saat itu. Perasaan bahwa memiliki anak yang ini suatu sat ini, akan benar-benar membutuhkan semua kekuatan yang ummi punya sudah ummi sadari meski hanya berbentuk firasat.
 
Harapan dan doa tetap terpanjat untuk kesempurnaan dan kesehatan abang seiring dengan kami membangun kekuatan dan kesolidan kami menerima abang apapun yang terjadi. Seakan dalam perasaan terdalam kami ada dua sisi mata uang yang sama-sama kami perjuangkan. Keinginan untuk memiliki anak yang sempurna dan kepasrahan untuk menerima apapun yang Allah telah gariskan.
 
Membicarakan perasaan terdalam ini rasanya akan selalu menjadi bahan pemikiran kami setiap saat. Kami berdua, ummi dan abi sering mendiskusikan kemungkinan memiliki anak yang spesial. Apa yang akan kami lakukan, bagaimana kami menjaga, mengurusnya, menjelaskan pada keluarga, teman dam kerabat, bagimana pendidikannya, apa yang kami harus siapkan, apa alternatif pengobatannya.. Segala hal kami bicarakan sambil membangun penerimaan kami akan kondisi abang nantinya. Subhanallah. Mungkin ini rencana Allah kenapa ummi dinikahkan dengan makhluk bernama Yudhi Rochman. Kelebihan yang dimiliki makhluk Allah yang satu ini adalah kemampuan untuk menenangkan dan tidak mudah berputus asa.
 
Menjadi satu rasa mungkin ini yang membuat ummi bisa bangkit. Abi selalu memberikan dukungan dan pengingatan agar ummi menjalani kehamilan abang dengan lebih rileks dan bisa menikmati setiap saatnya untuk berpasrah dengan apapun yang akan terjadi.
 
Kesadaran selanjutnya muncul setelah sekian lama terpuruk dalan kesedihan dan penyesalan akan memiliki anak yang tidak sepurna datang. Ummi sadar jika terus menerus dalam kondisi tertekan, depresi, maka nantinya ketika lahir si anak bisa jadi menjadi pribadi yang mudah tertekan dan tidak sanggup menjadi problemsolver  hidupnya. Padahal kalau pun abang tidak sempurna, kami berharap bahwa abang nantinya tetap jadi pribadi yang kuat dan berkemauan, tidak pantang menyerah. Karena itu sisa waktu kehamilan abang, ummi langsung bertekad untuk bisa lebih menikmatinya.
 
Jujur tidak mudah untuk berpikiran positif dan berusaha tegar di saat kita tahu bahwa kita akan memiliki anak yang tidak sempurna. Tapi lelah juga terbayang-bayang dan dihantui kecemasan yang berlebihan akan kondisi abang nantinya. Apapun yang akan kami terima nantinya pasti itu yang terbaik dari Allah untuk kami. Thats it.
Kena Typhus
 
Cobaan abang belum berhenti pula, padahal abang belum keluar dari rahim ummi. Di usia kehamilan lima bulan, ummi sakit. Badan panas, sakit kepala luar biasa, dan badan rasanya remuk redam rontok tak beraturan. Ummi berangkat ke Condet sendiri naik angkot. Setelah sekian lama menunggu dokter Prita dan tes darah, ternyata ummi kena typhus dan harus opname. Duhh..gimana nihh.
 
Mengingat Condet terlalu jauh, akhirnya ummi minta rujukann ke RS Marinir, sebenarnya gak sreg sih dirawat di RS Marinir karena punya pengalaman buruk saat kakak di rawat dulu tapi ummi gak punya pilihan karena RS itu yang paling dekat, setidaknya memudahkan abi dan keluarga untuk datang dan mengurus segala sesuatunya.
 
Apa yang bisa dikatakan. Untuk komplain kepada Allah, ngrusuluh, menyesal atau apapun, rasanya tidak ada manfaatnya. Pukulan kedua ini rasanya tidak sedahsyat saat tahu ummi kena virus rubella atau kesadaran akan memiliki anak yang tidak sempurna. No, this typus thing tidak akan menggoyahkan ummi untuk kedua kalinya. Makanya ummi menjalani perawatan dengan lebih rileks. Walau tetap ada kekuatiran, tapi masih bisa dihandle. Senin sore itu ummi langsung masuk kamar kelas 2 di bangsal flamboyan. Meski pelayanan di RS itu jauh dari cukup, ummi coba nikmati ujian Allah ini, berusaha sekeras mungkin untuk cepat sehat dan kembali pulang.
 
Lima hari dirawat di RS. Hari Jumat diperbolehkan pulang, itu pun harus proaktif ikut mengawasi hasil tes darah yang dilakukan tiap pagi sambil terus memberikan peringatan kepada dokter yang kontrol kalau kondisi ummi makin sehat. Dan Jumat itu, Allah mengabulkan doa ummi karena hasil tes Jumat pagi itu trombosit ummi naik. Dan dokter sebelumnya memang mensyaratkan, karena ummi terus berisik minta pulang, kalau hasil tes Jumat oke, maka hari itu juga boleh pulang. Subhanallah, Alhamdulillah. Kangen ummi sama kakak bisa terobati. Dan ummi pun pulang jumat siang itu.
Birthday
 
Hari yang dinanti pun tiba. Setelah sekian lama perjuangan mengandung dengan sekian banyak cobaan yang telah abang alami saat masih di kandungan, maka kelahiran abang tetap menjadi sesuatu yang spesial bagi kami. Sebenarnya jadwal lahirnya abang itu sekitar akhir September 2005. Tapi sampai saat itu lewat tetap gak ada tanda-tanda ummi bakal melahirkan. Ummi gak flek, ummi gak mules, paling cuma kontraksi-kontraksi yang umum dirasakan kalau sudah hamil besar. Dan yang gak bikin ummi kuatir, waktu lahiran kakak juga sama kasusnya, yaitu lebih dari dua minggu.
 
Akhirnya dokter Prita minta ummi menjalani EKG untuk melihat kondisi jantung abang. Hasilnya fifty-fifty, artinya koindisi janin gak terlalu bagus dan butuh dikeluarkan. Dokter Prita minta ummi memakai induksi buat mempercepat kelahiran.
 
Saat itu Ramadhan tanggal 8 Oktober 2005. Ummi datang sama abi saja, soalnya ibu lagi menjga Asmaa. Pagi itu langsung diinduksi lewat infuse. Ada sih sesuatu yang dimasukkan lewat anus, mungkin juga untuk mendukung induksi itu. Setelah sekian lama, iya sih ada rasa mulas luar biasa juga lendir-lendir darah yang keluar yang muncul  tapi itu tidak berarti apa-apa. Tidak ada pembukaan sama sekali. Induksi botol infus kedua dilanjutkan sampai malan..duhh rasanya mulas  yang sakit luar biasa benar-benar dialami..tapi yang bikin stress..tetap tak terjadi apa-apa. Pembukaan tetap tidak terjadi. Kebayang kan rasanya, diinduksi itu menyakitkan dan melelahkan luar biasa. Its oke kalau si janin mengalam kemauan untuk dikeluarkan, tapi untuk kasus abang..luar biasa.
 
Malam itu induksi dihentikan. Ummi diinapkan satu malam dan disarankan untuk pulang dulu. What?? Pulang ? Rasanya frustasi juga nih ngelahirin abang. Ibu-ibu yang lain masuk langsung lahiran dan bisa lihat bayinya tapi kenapa ummi susah banget negluarin abang sampai harus pulang dulu. Melakhirkan kok kayak main-main, bisa delay kayak abang.  Tai kondisi ummi juga tidak memungkinkan, setelah dua botol infuse,, ummi udah gak punya tenaga lagi. Lelah lahir batin.
 
Pulang ke rumah juga bukannya makin tenang, hanya gak habis fikir aja kok bisa gak terjadi apa-apa. Waktu kakak lahir juga dibutuhkan induksi , tapi botol kedua kakak langsung minta keluar. Tapi untuk abang, wah ummi gak punya gambaran, hanya gak habis pikir aja. Dan saat pulang ke rumah pun..blasszz gak terasa apa-apa
 
Tanggal 10 Oktober ummi balik lagi sore harinya. Abi langsung dari sekolah. Ummi saat itu masih shaum Ramadhan. Masuk ke Al Fauzan langsung dipasang infus induksi. Sebenarnya ummi udah illfil, udah gak ada mood lewat proses induksi ini, jadi ummi setengah hati ngejalaninnya. Tapi tohh abang harus dikeluarkan, bukan? Bagaimana pun caranya. Ummi buka dengan sedikit minum teh manis.Dari Al Fauzan di sediakan makanan tapi karena gak mood ummi gak makan.
 
Sekali lagi proses induksi dialami. Mulas luar biasa, lender-lendir darah keluar..but still gak ada kemajuab, gak ada pembukaan. Jam 10 malam, ummi gak kuat nahan rasa sakit ini, minta abi bikin appointment buat lewat Caesar aja. Rasanya sakit yang dialami malam sebelummnya saat dua infuse gak sesakit infus ketiga ini. Ummi benar-benar gak kuat.
 
Akhirnya infus dicabut dan prosedur buat Caesar pun diuat. Jadwal ummi operasi esok paginya jam 5.30. Malam itu ummi pikir ummi bisa istirahat tenang menghadapi operasi besok. Tapi harapan tinggal harapan, entah kenapa setelah infus dicabut, bukannya rasa tenang yang didapat, tapi mulas gak berkesudahan dengan tensi yang lebih tinggi. Kenapa mulasnya makin menjadi ya. Harusnya bisa buat istirahat ehh ternyata uimmi harus masih mengalami kontraksi yang terus menerus dari jam 10 malam hingga esok paginya.
 
Jam 5 shubuh doker Prita ngecek kondisi ummi. Surprisingly, ternyata ummi udah bukaan 7. Lohh kenapa bisa. Akhirnya menjelang setengah jam operasi, dokter Prita minta ummi nyoba normal dulu. Apa yang terbaik ajalah, walaupun tenaga udah hilang tak tersisa, ummi coba jalanin kelahiran normal ini.
 
Powerless. Ummi gak punya tenaga. Ummi gak bisa mendorong dengan sekuat-kuatnya. Ummi benar-benar gak punya tenaga untuk mengeluarkan abang. Seperti waktu kakak, ummi minta teh manis bahkan 2 gelas, tapi itu pun keluar saking kerasnya ummi berusaha mendorong abang.
 
Melihat gak ada kemajuan kelahiran abang, ummi minta di vakum aja. Iya, abang sempet di vakum. Tindakan yang sebenarnya beresiko untuk otak abang nantinya, tapi saat itu ummi gak jernih berpikir dan hanya ingin secepatnya abang dikeluarkan.
 
Akhirnya jam 8.30 pagi itu abang keluar dengan bantuan vakum. Yang gak biasa, abang gak nangis dan baru nangis setelah beberapa lama. Tapi ummi rasanya sudah melayang antara lega tapi juga kelelahan.
 
Alhamdulillah abang lahir tanggal 11Oktober 2005 di klinik Al Fauzan Condet dengan berat lahir 3150 gram dan panjang 51 cm. My baby boy akhirnya lahir dan melihat dunia. Anak yang sedemikian lama kami idamkan untuk kami lihat. Bayi yang sedemikian banyak mengalami cobaan dalam rahim akhirnya melihat dunia. Nama pertama abang yaitu Zaidan Zada Zuhdi Rahman.
 
Sekali lagi cobaan abang belum berhenti saat keluarnya. Dokter Prita bilang ummi belum boleh keluar samapi ketemu dengan dokter anak dulu. Ada apa nihh??
 
Ternyata tangan kanan abang kecetit atau mungkin ada urat atau otot abang yang terjepit atau bahasa kedokterannya abang menderita erb palsy. What now?
 
Ternyata emang tangan kanan abang terlihat gak normal. Tangan kecil itu terlihat kaku dan ujung jari-jarinya tertekuk ke arah dalam. Dan yang membahayakan kalau penanganannya gak segera dikuatirkan tangan itu akan tetap menjadi seperti itu, kaku dan tidak mampu digerakkan hingga nanti abang besar. Artinya abang bisa jadi cacat tangan kanannya. Ummi sama abi hanya mampu tercenung dan tak mampu berkata apa-apa. Seakan cobaan Allah yang ditimpakan kepada buah hati kami tidak lagi sanggup membuat kami merasa bahkan untuk menangis sekalipun. Hanya karena keyakinan bahw Allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk kehidupan kami sekeluarga yang mampu membuat kami bertahan. Satu hal lain, sejak mengandung abang, kami, abi dan ummi menjadi tim yang solid insyaAllah yang akan selalu berada kapanpun kami berdua saling mebutuhkan. Maka adaanya abi dan keyakinan bahwa Allah mencintai kami membuat kami tidak perlu mengkuatirkan apapun. Kami hanya perlu berbuat sesuatu segera untuk menangani erb palsy abang. So just lets go.
 
Dokter anak di Al Fauzan menyarankan agar ummi dan abi membawa abang ke Rekam medik RSCM untuk penanganan selanjutnmya. Tapi sebelumnya abang harus di rontgen untuk tahu apakah ada urat atau syaraf bahkan tulang yang putus atau patah.
 
Erb palsy yang abang derita bisa jadi karena saat kelahiran abang ditarik demikian kuat hingga otot/syaraf yang masih lemah kejepit. Abi saat kelahiran juga melihat bahwa posisi kepala abang saat keluar tidak biasanya seperti bayi lain. Kepala abang mendongak dan miring hingga menyulitkan saat pengeluarannya dari rahim. Pantes aja, robekan yang terjadi saat kelahiran ada dua macam, yang disengaja waktu dokter Prita episiotomi dan yng bentuknya tidak braturan, mungkin saat abang ditarik skuat-kuatnya dari rahim.
Erb Palsy-nya abang
 
Erb palsy abang membuat tangan abang semakin kaku dan tak mampu digerakkan. Abang gak mampu mengangkat tangannya sama sekali. Tangan itu hanya tertekuk semakin dalam ke arah dalam badannya. Saat memandikan abang ummi harus ekstar hati-hati dan untu mengurangi resoiko, tangan abang harus kuat disangga dengan gurita agar tidak bergeak kemana-mana, dan itu pekerjaan yang sulit karena abang bayi banyak bergerak dan lepaslah sanggaan tersebut dengan cepat. Subhanallah.
 
Kami hanya berpikir bahwa abang harus ditangani dengan Usia 3 minggu, abang diajak ke RSCM bagian Rekam Medik. Sebenarnya kami belum ada gambaran akan diapakan abang disana. Bayangin di usia 3 minggu, apa yang bisa dilakukan Setelah konsultasi, kami minta agar perawatan abang bisa dipindahkan ke RS Fatmawati yang lebih dekat dari rumah. Maka hari itu kami dirujuk ke RS Fatmawati.
 
Saat itu habis Idul fitri 2005, kami ke RS Fatmawati ke poli rekam medik. Dokter disana segera menjadwalkan bahwa abang harus ke fisioterapi di RS tersebut. Bagian fisioterpai ternyata menempti bangianyang cukup luas dengan berbagai bentuk penanganan, ada hidroterapi, inhalasi, pemijatan, infra red dan lainnya. Malahan perasaan lebih lengkap di banding waktu ke RSCM kemari.
 
Abang langsung ditangani melalui 3 tahap, pertama abang di setrum. Jadi tangan kanan abang dialiri listrik untuk merangsang syaraf dan otot agar bisa aktif lagi. Sebab kalau didiamkan otot dan syaraf bisa kaku dan tidak berfungsi. Kedua, abang disinar dengan infra red, agar peredaran darah di tangan kanan abang lancar. Dan yang terakhir, abang dipijat oleh terapis. Bagian terkahir iini yang rasanya menyayat kalbu karena saat abang dipijat, abang nangsi kuat dan begitu kesakitan. Rasanya gak kuat kalau dengar abang nangis kayak begitu, tapi bagaimanapun ummi harus tegar dan tega, sebab inilah usaha kami, ikhtiar kami untuk kesehatan aang di masa depan.
 
Terapi abang sebenarnya terjadwal 3 kali seminggu, tapi atas saran terapis disana, semakin sering diterapi maka kemungkinan sembuhnya semakin cepat. Terapis itu juga menyarakankan untuk terapi langsung 10 kali baru observasi kembali mengenai kemajuan abang. Saran itu kami terima dan kami putuskan untuk terapi setiap hari selama 10 hari, dan hanya libur saat hari Minggu saja.
 
Jadilah selama 10 hari selanjutnya, tujuan tiap hari jam 7 pagi adalah menuju bagian fisioterapi RS Fatmawati. Demi abang. Dan tiap hari pula, abang harus menerima disetrum, disinar dan dipijat.
Kemajuan abang adalah mukjizat buat kami. Tiap saat kamii selalu memperhatikan tangan kanan abang, a tangan itu bergerak, apakah tangan itu mampu terangkat entah sengaja atau tidak, apakah tangan itu bereaksi ketika di sentuh. Tiap saat pula, saat di rumah, tangan itu kami pijat secara manual untuk mendukung terapi yang selama ini abang lakukan. Apa saja kami lakukan, semua saran yang kami terima langsung kami terapkan. Kami menyadari ilmu kami dalam hal ini tidak ada, sehingga kami menerima semua masukan yang ada.
 
Di hari ke sepuluh terapi, abang diperiksa lagi oleh dokter rekam medik. Subhanallah, tangan abang refleks bergerak ke atas saat dokter itu melakukan uji refleks. Padahal di rumah sekalipun jarang sekali tangan kanan abang bergerak apalagi terangkat seperti itu. Melihat adanya reaksi itu, dokter menyudahi terapi karena saat tangan abang bergerak tandanya saraf dan otot abang bisa berfungsi. Subhanallah. Allahu Akbar.
 
Di tengah kepasrahan kami, kami berasa hanya menjalani semuanya dengan segenap kemampuan yang kami punyai saja. Tidak lebih tidak kurang. Di saat kami berhenti menyesal, berhenti mengeluh dan berhenti menggugat maka Allah sekonyong konyong koder menunjukkan kuasaNYa. Apalagi yang bisa kami lakukan melihat abang pulih selain bersyukur dan lega bahwa Allah ternyata masih memperhatikan keluarga kami. Subhanallah. Kelegaan yang kami alami luarbiasa dalam dan luas, karena abang terhindar dari kecacatan tangan yang pasti akan mengganggu penampilan dan kepercayaan diri abang di masa depan.
 
Pengalaman menjalani terapi di RS Fatmawati adalah sesuatu yang tidak akan pernah dilupakan. Perasaan yang kami rasakan demi kesembuhan abang juga tidak akan hioang sampai kapanpun. Kondisi abang membuat ummi dan abi menjadi pasangan yang berusaha melihat segala sesuatunya lebih dalam dan lebih tenang. Kami mempercayai Allah Kami percaya apapun yang Allah berikan pada kami berbentuk cobaan adalah hal yang akan membuat kami kuat dan dewasa.
Is he deaf?
 
Hari hari abang selanjutnya adalah hari-hari yang normal bagi ukuran seorang bayi. Abang termasuk bayi yang tidak rewel, gampang makan dan tumbuh berkembang dengan baik. Alhandulillah. Kakakknya abang , Asmaa, yang berbeda umur dua tahun juga sangat supportif. Asmaa jadi kakak yang sangat baik. Kakak suka membantu ummi untuk mengambil pakaian atau celana abang kalau abang nompol. Kakak suka dilibatkan dalam perkembangan abang. Abang ibarat sinar hangat dalam keluarga kami. Kehadirannya menghangatkan dan menceriakan.
 
Tapi ada hal yang menjadi kecurigaan yang akhirnya membuktikan kekuatiran ummi sejak abang ada dalam kandungan. Abang tidak menengok saat ada suara memanggil namanya, bahkan ummi menggunakan alat yang bersuara keras di belakang kepalanya tapi abang tetap tidak mendengar. Saat hujan petir geledek menggelegar, abang tidakpernah kaget atau ketakutan, padahal kakak waktu kecil takut sekali dengan suara petir yang menggelegar. Satu lagi, saat pintu terayun menutup dengan sangat keras dan menimbulkan suara yang sangat keras, abang sama seklai tidak kaget. Abang juga tidak babbling, tidak ngoceh seperti bayi pada usianya. Bayi lain mungkin sudah mengeluarkan suara mama-mama, papa-papa, dada-dada..tapi tidak dengan abang. Abang hanya mengeluarkan suara aa-aa-aaa untuk minta sesuatu. Dan hanya itu.Hanya aa-aa-aaa.
 
Feeling ummi kuat dalam hal ini. Ada sesuatu yang tidak beres dengan abang. Tapi untuk memastikan, kami perlu ahlinya, dan umur abang belum cukup untuk melakukan tes.
 
Usia 6 bulan, ummi mendatangani poli THT di Puskesmas PasarMinggu. Tapi mereka melihat sesuatu yang aneh dengan pendengaran abang. Mereka bilang tidak ada apa-apa dengan abang. Ummi pikir apa mereka memiliki pengetahun dan kemampuan yang memadai untuk memastikan abang baik-baik saja. Atau rubella-thing and its effect adalah sesuatu yang langka dan tidak mereka kuasai. Ummi pulang dengan hati tidak puas karena feeling ummi tetap berkata ada sesuatu yang salah dengan abang.
 
Selanjutnya kami memutuskan untuk menunggu abang setahun untuk diperiksa kembali.
Perkembangan abang secara motorik luarbiasa baik. Abang sehat dan bisa berjalan saat usia setahun lima hari. Abang juga bukan anak yang menyusahkan. Tapi basically, kedua anak kami, kakak dan abang adalah anak-anak superaktif yang sangat menyukai pergerakan,, tantangan. Maka lari, loncat, jatuh adalah hari-hari yang biasa kami jalani. Subhanallah, Allah berikan kekuatan kepada kami untuk membesarkan mereka.
 
Selama menuju abang setahun, tidak berhenti kami mendiskusikan kemungkinan abang tidak bisa mendengar dan apa yang akan kami lakukan jika itu memang terjadi. Kami merencanakan banyak hal untuk abang. Untuk terapinya, sekolahnya, pengarahan minatnya, kami mendiskusikan banyak hal tentang abang.
He is deaf. Totally.
 
Dan setahunlah abang. Saatnya mendatangi ahlinya.
 
Pertengahan Oktober 2006, kami pergi ke spesialis THT di RS Fatmawati. Setelah konsultasi kami dirujuk untuk melakukan tes BERA (Brain Evoked Response Auditory). Tes BERA menggunakan perangkat yang terkomputerisasi, yaitu dengan menempelkan berbagai macam kabel yang berhubungan dengan aktivitas otak manusia. Pada dasarnya dalam keadaan tenang atau tertidur, otak tetap bereaksi terhadap stimulus suara. Maka untuk mengetahui kelainan apakah abang tuli atau tidak, tes BERA menjadi sesuatu yang valid karena menggunakan perangkat yang sudah demikian canggih. 
 
Tapi tes BERA tidak bisa langsung dilakukan karena baru terjadwal tanggal 22 November 2006.
Tanggal tersebut kami mendatangi lagi bagian radiology di RS Fatmawati. Sebelumnya abang diberikan obat bius sebelum dilakukan tes. Sebab tes BERA dilakukan jika anak dalam kondisi tenang dan tidak bergerak. Tes dilakukan oleh dokter Kamal selama kurang lebih setengah jam.
 
Hasilnya? Langit runtuh kedua terjadi. Hanya kali ini lebih runtuh dan lebih meremukkan. Semua yang kami kuatirkan terbukti. Abang totally neural deafness. Artinya kerusakan abang benar-benar parah. Dari tes BERA tersebut tetap tidak ada respon hingga 100 desibel. Padahal manusia normal bisa mendengar di tingkat 50 desibel, sedangkan abang hingga suara 100 desibel tidak ada respon dari otaknya. Sehingga abang dikategorikan dengan ketulian total dan tidak ada sisa pendengaran.
Anakku. Anakku tuli total.
 
Seakan lumpuh semua rasa. Tulang seakan tidak bersendi. Hanya mampu memeluk abi dan menangis tak tertahankan. Abang, anakku tunarungu. Apa yang akan terjadi ketika dia besar nanti. Bagaimana masa depannya kelak. Ya Allah, rasanya pukulan ini terlalu berat buat kami. Apapun akan sanggup kami pikul asal bukan anak kami yang mengalaminya.
 
Hari itu terang, tapi tetap terasa gelap dan berkabut buat kami. Hati kami hancur dan rasanya kegembiraan hidup berakhir hari itu.
 
Kalau bukan karena kami percaya Allah. Sisa umur kami akan kami habiskan untuk menyesal dan menggugat, dan mungkin kami akan terus mencari kambing hitam dari kondisi abang. Tapi Dia menguatkan kami. Kami tetap hancur, tapi hal itu bukan berarti kami berhak menghancurkan kehidupan abang. Kami masih punya tanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik abang dengan sebaik-baiknya. Karena itu tanggung jawab kami yang akan Allah minta di hari akhir nanti. Kami mau menjadi makhlukNya yang mampu menjaga amanahNya , apapun yang terjadi dengan abang.
 
Kami berhenti menangis hari itu juga meski tidak mudah. Kami langsung menyusun rencana untuk abang, masih disertai tangisan pilu. Hingga hari ini pun tangis itu masih tersisa untuk abang, betapa kami ingin yang terbaik untuk abang dan betapa kekuatiran kami akan abang di masa selanjutnya menjadi concern kami terbesar. Tangisan tersisa kami untuk terus menyadarkan kami bahwa tanggung jawab untuk memastikan masa depan abang menjadi motivasi kami untuk bekerja, membesarkan dan mendidik abang dengan sebaik-baiknya.
 
Kami memastikan dan meneguhkan diri kami. Abang tetap sinar hangat bagi keluarga kami. Tidak ada yang berbeda, abang hanya tidak mendengar yang artinya  abang juga tidak berbicara dengan normal. Hanya itu.
 
Rencana kami seperti biasanya adalah mengumpulkan informasi. Kami browsing internet, bertanya denga teman dan kerabat apakah mereka punya informasi mengenai tuna rungu.
 
Rencana kami saat itu adalah kami harus mencoba pengobatan alternatif -- lihat perkembangan --terapi wicara --- alat bantu dengar sekolah.
 
Suatu hari kami menemukan satu artikel tentang ear candle (lilin bakar) yang mampu mengobati anak tuna rungu akibat rubella. Bukan kesmbuhan total sebenarnya tapi perkembangannya berupa tingkat desibel yang berkurang dari anak tuna rungu yang mencoba ear candle tersebut. Bagi kami, ini usaha yang layak dicoba. Worth trying. Bagi kami memiliki anak spesial seperti abang membuat kami rela melakuka apapun demi kesembuhan atau kondisi abang yang lebih baik.
 
Kami mendatangi klinir ear candle di wilayah jelambar Jakarta Barat. Dan langsung ditangani terapisnya. Setelah dijelaskan, kami langsung mengambil paket yang ditawarkan. Sayangnya saat dicoba di klinik tersebut abang sangat sulit diajak kooperatif. Abang masih terlalu kecil untuk diam tak bergerak selama terapi dilakukan.
 
Ear candle menggunakan lilin bakar yang terbuat dari linen berkualitas tinggi yang didalamnya banyak bahan-bahan yang berguna untuk berbagi macam penyakit seperyi vertigo, sinusitis dan juga masalah teling. Satu lilin panjangnya sekittar 30 cm. Dan lilin tersebut dibakar di telinga pasien. Satu ujungnya masuk ke dalam telinga dan ujung lainnya dibakar. Asap dari lilin tersbut yang dipercayai mengandung khasiat.
 
Untuk abang, satu terapi menggunakan enam lilin. Tiga di kanan, tiga di kiri. Sayangnya terapi abang hanya bisa dilakukan di rumah, karena abang terlalu kecil dan tidak bisa tenang saat menjalani terapi.
Di rumah, terap lilin bakar itu dilakukan 3 kali seminggu. Yang merepotkan, abang harus dalam keadaan tertidur pulas saat lilin dibakar. Artinya pula baru sekitar jam satu pagi terapi dilakukan.
 
Maka jangan ditanya sulitnya melakukan terapi lilin bakar buat abang yang baru berumaur satu tahun lebih itu. Kerepotan kami adalah masalah tempat. Abang baru bisa tertidur jika kondisi nyaman dan tenang karena abang biasa tidur dengan AC, sementara jika membakar sesuatu maka kondisi menghangat dan abang menjadi gelisah dan bergerak berulang-ulang. Belum lagi lamanya waktu terapi. Jika dimulai jam satu pagi dengan jumlah enam lilin yang masing-masing memakan waktu 30 menit untuk menyelesaikannya, maka 3 jam yang dibutuhkan untuk terapi, belum lagi waktu yang dibutuhkan untuk menenangkan abang jika abang gelisah dalam tidurnya. Maka tiap terapi, kami menyelesaikannya sekitar jam lima pagi dan kondisi kami sangat kelelahan, sementara abi harus tetap berangkat kerja dan kalau anak-anak sudah bangun di pagi hari maka tidak mungkin juga bagi ummi untuk beristirahat. Subhanallah.
 
Sekian lama menjalani terapi ear candle ternyata tak berpengaruh apa-apa dengan kemampuan pendengaran abang. Akhirnya kami menghentikan terapi dan mulai berpikir untuk menyediakan alat Bantu dengar bagi abang. Tapi membeli alat tersebut ternyata tidak mudah. Mengingat ini pengalaman pertama kami dan kami tidak memiliki banyak informasi tentang apa itu ketunarunguan, bagaimana penanganannya juga bagaimana bentuk, model juga harga  dari alat bantu dengar itu. Tidak mudah. Banyak orang yang kami tanya. Salah satu pertolongan Allah datang, ternyata salah satu teman pengajian abi pernah bekerja di salah satu optic yang juga menyediakan hearing aid. Terima kasih untuk pak Sutisna.
 
Pak Sutisna merujuk A Kasoem sebagai penyedia alat bantu dengar yang dibutuhkan abang. Kata beliau A Kasoem sebagai penyedia yang cukup kompeten dalam bidang hearing aid. Maka kesanalah kami menuju.
 
Di A Kasoem, abang sebelumnya konsultasi dengan spesialis THT yitu dokter Faisa Abiratno. Dokter ini menjelaskan banyak hal tentang ketunarunguan dan segala hal yang  berhubungan dengannya. Dimana kerusakan terjadi, apa yang menyebabkan seorang anak menderita tuna rungu, bagaimana penanganannya. Semua hal yang dulu menjadi pertanyaan kami saat tahu abang tuna rungu dijawab dengan lugas oleh doketr Faisa.
 
Yang menenangkan, dokter Faisa mampu membesarkan hati kami. Bahwa memiliki anak spesial dengan kekurangan pendengarantidak berarti menjadi akhir dunia. Dijelaskan bahwa memamng 90% ibu yang menderita rubella, si anak akan menderita tuna rungu. Meskipun si ibu terinfeksi di akhir kehamilan ! bayangkan jika di ibu sebelum hamil telah melalukan pemeriksaan TORCH dan kemudian hamil  dan janin dalam keadaan sehat Si ibu pasti sangat bahagia. Tapi takdir berbicara lain saat akhir kehamilan di usia 9 bulan, kemudian si ibu terinfeksi rubella, maka 90 % kemungkinannya adalah si anak tetap tuna rungu. Sebab tunarungu adalah resiko minimal dari janin yang terinfeksi rubella. Ironis. Tapi itulah kehidupan. Tak ada seorang pun yang bisa memastikan segala sesuatunya baik-baik saja dan terkontrol. Apapun bisa terjadi.
 
Dokter Faisa juga menjelaskan bahwa ketunarunguan tidak mempengaruhi kecerdasan. Si anak tuna rungu tetap mampu mmemiliki kecerdasan yang tinggi. Ini juga termasuk yang membesarkan sebab harapa akan pendidikan yang inggi buat anak yang tuna rungu tetap bisa menjadi pilihan yang memungkinkan. Alhamdulillah.
 
Namun dokter faisa juga mensyaratkan bahwa untuk pendidikan awal, si anak harus masuk ke sekolah luar biasa terlebih dahulu. Orang tua diharapkan tidak memaksa anak masuk sekolah umum dulu meskin si anak memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Sebab sulit bagi si anak untuk mengikuti cara elajar yang diterapkan di sekolah umum, kecuali si anak sudah mampu belajar baca bibir dan mampu belajar secara mandiri di rumah.
 
Penjelasan doketr Faisa saat itu sekikt banuyak memompa harapan juga impian kami bahwa tidak ada kurangnya memiliki anak dengan cacat tuna rungu. Abang nantinya tetap bisa bersekolah seperti anak lainnya, yang mungkin membedakan adalah cara abang berkomunikasi.Karena anak tunarungu menggunakan bahasa isyarat , body language dan perkataan yang kelihatan sulit dipahami sebagai caranya berkomunikasi.
 
Setelah konsultasi dengan dokter Faisa, abang di tes dengan berbagai macam suara di ruang auditory. Mungkin karena saat itu abangmasih terlalu kecil kurang bisa diambil kesimpulan pada tingkat berapa abang bisa mendengar. Tes ini dibutuhkan untuk pembuatan atau setting alat batu dengar yang nantinya akan dipakai abang. Lalu setelah itu ada pencetakan alat bantu dengar, karena nanti digunakan sebagai penopang alat tersebut di telinga abang.
 
Kami membeli alat bantu dengar dengan merek Oticon yang semi digital. Bukan tidak mau membeli yang lansung digital, tapi hanya segitu kemampuan kami membeli alat bantu itu.Itu pun kami harus menguras tabungan kami, tapi kami tidak menyesal. Membeli alat bantu dengar adalah sebuah investasi buat abang di masa depan. Untuk yang semi digital kami membeli dengan harga 7,7 juta, sedangkan yang digital 24 juta. Semoga nanti abang kalau sudah besar mengerti dan maklum kenapa oaring tuanya hanya mampu menyediakan yang semi digital saja. Gpp ya bang, kemampuan ummi dan abi membeli alat untu abang gak sebanding dengan kecintaan kami yang tak terbatas dan tak akan pernah ada harganya.
 
Seharusnya saat sudah memiliki alat tersebut, sebanyak mungkin digunakan oleh abang. Minimal 15 menit tiap hari abang harus menggunakan alat itu. Tapi, sekali lagi, sangat tidak mudah memakaikan alat tersebut buat abang. Bentuknya yang pas di telinga membuat kesulitan tersendiri saat memasangkan. Dan memasangkannya pun harus pas agar tidak ada bias yang membuat kuping sakit akibat dengingan yang keluar dari alat tersebut. Sebuah perjuangan tersendiri.
 
Sayangnya lagi, kelemahan ummi dan abi adalah tidak konsisten saat menggunakannya. Jika abang tidak nyaman, ummi langsung  menyerah dan melepas alat tersebut. Dan tidak tiap hari abang dipakaikan alat tersebut. Semakin lama abang tidak pakai alat itu maka semakin sulit pula untuk memakaikan kembaliu alat itu. Duh ya Allah sulitnya.
 
Hal lain dari penggunaan alat  bantu dengar itu adalah belum kelihatan langsung apakah alat tersebut berfungsi atau tidak. Sebab abang saat menggunakannya pun tidak tiba-tiba langsung menengok ketika dipanggil atau ketika ada suara keras langsung menengok.
 
Akhirnya harapan minimal kami ada di sekolah atau di tempat terapi.  Mudah-mudahan abang nanti mau memakai alat bantu tersebut jika melihat teman lainnya menggunakan.
School time
 
Rencana selanjutnya buat abang adalah mencari sekolah. Sebelumnya abi sempat dapat data dari website depdiknas tentang sekolah luar biasa tapi tidak ada yang ada dalam jangkauan. Maksudnya tempatnya jauh-jauh sekali.
 
Saat itu abang baru saja menginjak usia 2 tahun. Kakak mulai masuk TK A di TK ArRisalah. Ternyata ada orang tua murid yang punya teman yang memiliki anak yang tunarungu. Ummi Syamil memberikan informasi bahwa temannya ibu Ika memiliki anak bernama Farhan yang sekarang berumur 10 tahun dan telah bersekolah sejak usia 3 tahun. Ummi Syamil menyarankan ummi sharing dengan ibu Ika tersebut untuk tahu apa yang dilakukan jika memiliki anak tunarungu.
 
Kesempatan berharga itu tidak kami siakan. Belum pernah kami bertemu langsung atau tidak langsung dengan orang tua yang memiliki anak tunarungu. Kami lalu menelpon ibu Ika dan mencari tahu apa yang sebaiknya dilakukan sedini mungkin untuk abang.
 
Ibu Ika menceritakan bahwa sebelumnya, Farhan, anaknya, melakukan obeservasi di sekolah Santi Rama yang khusus untuk anak tunarungu. Observasi dilakukan sesuai ekbutuhan. Dari hasil obeservasi itu ditentukan selanjutnya mengenai pendidikan lanjutannya. Anak ibu Ika sendiri menjalani observasi selama satu tahun, setelah itu baru masuk sekolah di TK Santi Rama.
 
Saran yang baik itu langsung kami turuti, kami mendatangi sekolah Santi Rama untuk obeservasi. Santi Rama berada di Kramat VII Salemba. Jarak yang cukup jauh untuk kami tempuh.
 
Setelah membuat janji dengan bagiann observasi, pagi-pagi sekali kami datang. Kami berangkat bersama abi sehinga abang harus telah disiapkan sejak pukul 5 pagi, jadi setengah 6 bisa langsung berangkat. Berangkat sangat pagi dengan jarak yang jauh membuat segala hal harus disiapkan dengan cermat. Pertama, mengkondisikan abang dan kakak untuk tidur malam lebih awal sehingga bangun bisa lebih pagi. Kedua menyiapkan sarapan dan bekal buat abang dan juga kakak, sebab tidak mungkin bagi abang sarapan sebelum jam setengah 6 pagi. Ketiga, kakak harus diantarkan ke eyang yang bakal mengantar ke sekolah. Maka segala hal harus benar-benar cermat dan tepat waktu.
 
Sampai Santi Rama, observasi dilakukan jam 8 pagi. Banyak yang dilakukan untuk menilai kondisi abang. Abang harus menyelesaikan beberapa tugas yang diberikan seperti puzzle. Biasanya abang hanya antusias di puzzle kedua dari lima yang diberikan. Juga ada tes suara dengan menggunakan instrumen, tes konsentrasi menggunakan kartu-kartu warna, dll. Abang observasi selama 3 kai kedatangan selam 2 minggu. Di pertemuan keempat, kami bertemu dengan psikolog.
 
Psikolog dari santi Rama ini menjelaskan bahwa kerusakan pendengaran yang dialami abang cukup parah, kecerdasan abang di atas rata-rata, karena umurnya yang masih kecil maka konsentrasi abang masih mudah terpecah . Kesimpulannya abang harus sekolah untuk langkah selanjutnya dan disarankan bertemu langsung dengan kepala sekolah TK Santi Rama.
 
Selanjutnya kepala sekolah Santi Rama menjelaskan tentang metode pendidikan yang diajarkan di Santi Rama, kelas-kelas dann penggolongan umurnya, dan terakhir masalah biaya.
 
Menurut kami metode pendidikannya yang diterapkan sangat baik, tapi mengetahui biaya yang harus dikeluarkan untuk sekolah di Santi Rama cukup besar maka keputusan untuk langsung masuk Santi Rama kami tunda dulu untuk dibicarakan selanjutnya di rumah.
 
Dilema besar bagi kami buat menyekolahkan abang di Santi Rama. Abang memang butuh sekolah, sangat penting bagi abang. Tapi di sisi lain jarak yang harus ditempuh untuk pulang pergi dengan segala persiapan yang hatus dilakukan sebelumnya utuk berangkat sekolah juga menjadi pertimbangan. Hal lainnya yang juga berat bagi kami adalah kakak. Kakak yang baru masuk sekolah pasti masih membutuhkan perhatian dan dukungan orang tuanya untuk beradaptasi. Selama ini, meski kakak masih berumur 4 tahun, kakak sudah sering dituntut untuk lebih mengerti mengenai kondisi adiknya, sehingga kadang kami merasa kakak tidak terlalu diperhatikan dibandingkan kebutuhan abang. Nahh..apalagi jika abang disekolahkan ke Santi Rama yang jaraknya jauh dari rumah, kami harus meninggalkan kakak, menitipkannya pada eyang, tidak menunggui kakak sekolah, dan tidak terlibat dengan aktivitas sekolah kakak yang melibatkan orang tuanya. Apa yang akan dirasakan kakak? Belum lagi jika abang pulang sekolah siang hari, maka yang ada pastinya hanya rasa lelah karena jauhnya perjalanan dan pastinya ummi langsung tepar istirahat sampai sore, sementara kakak belum terperhatikan dari pagi sekali hingga sore. Kapan waktunya untuk berbagi perhatian dengan kakak?  Kakak Asmaa adalah anak yang kritis dan perfeksionis. Butuh waktu untuk menjelaskan segala hal yang ditanyakannya. Ummi berpikir, jika tiap hari ummi kelelahan mengurusi sekolah abang, urusan rumah, maka tensi ummi akan selalu tinggi karena kelelahan. Dan jika ummi lelah maka ummi akan tidak siap untuk kakak. Untuk mengajarkan kakak baca iqra, belajar membaca dan menjawab semua pertanyaan kakak tentang segala hal.
 
Kakak memang anak yang spesial. Seakan dia diturunkan Allah dengan segala kemudahan. Juga dianugerasi kasih sayang dan pengertiaan yang bagi ummi amazing untuk anak seuasia kakak. Kakak memang tidak sempurna, kakak bukan anak yang cantik sekali menggemaskan, kakak juga jarang langsung nurut jika diperintah kecuali dengan alasan yang masuk akalnya. Dari bayi, kakak juga mudah. Lahir di puskesmas dengan biaya murah, meski tetap diinduksi juga 2 botol, kakak juga gampang makannya, apa aja yang disuapkan pasti dimakan.Kakak sangat menceriakan, sukanya menyanyi, menari. Tapi kalau bermain, lebih suka main dengan anak laki-laki, di ajak berantempun kakak tidak bakal surut.
 
Semuanya yang dimiliki kakak seakan anugerah Allah yang dipersiapkan sebagai pelindung bagi adiknya, abang, yang memiliki kekurangan. Kakak sedemikian pengertiannya akan kondisi adiknya. Tapi karena itulah maka rasanya tidak adil buat kakak jika semua perhatian ummi dan abi hanya tercurah untuk urusan abang saja.
 
Pertimbangan itulah yang membuat kami memutuskan abang tidak bersekolah di TK Santi Rama, mungkin nanti saat SD saja abang masuk Santi Rama mngingat SD-SMU Santi Rama ada di Cipete.
Maka tiap pagi, ummi antar kakak ke sekolah bersama abang. Kami menjadi 3 musketeer yang tak terpisahkan. Yang menyenangkan setelah mengantar kakak, ummi dan abang jalan-jalan dan sarapan di luar. Menyenangkan menghabiskan waktu tanpa harus terburu-buru. Tapi di saat yang sama ummi tetap open eyes, open mengenai sekolah alternative buat abang selain SantiRama yang memungkinkan dari segi jarak dan juga bisa membagi perhatian yang adil buat kakak dan abang. Karena merekalah dunia yang ummi miliki. Dengan abi didalamnya juga, ummi mendedikasikasikan seluruh hidup demi kebahagiaan mereka. Dan ummi bahagia dan merasa cukup jika kebutuhan mereka terpenuhi. Kesehatan, pendidikan, pangan, semua hal.
Abang sekolah
 
Suatu hari, tanpa sengaja, setelah menjenguk teman di RS Zahirah, ummi melewati satu sekolah di wilayah Jagakarsa. Ummi  membaca kalau sekolah itu adalah SLB Nur Abadi. Maka ummi berencana untuk mendatangi sekolah tersebut untuk mencari informasi.
 
Alhamdulillahnya, saat itu ummi sudah punya motor sendiri. Sebenarnya motor terebut dibeli memang untuk kebutuhan abang terapi. Mengingat abang paling tidak bisa naik angkot atau bis. Yang terjadi bisa-bisa abang loncat dari angkot tersbut. Sebab tipikal abang benar-benar tidak bisa diam dan tidak bisa tenang.
 
Suatu Senin, ummi naik motor ke Nur Abadi, langsung bertemu dengan wakil kepala sekolah. Dijelaskan tentang sekolah dan juga pengajarannya. Sekolah Nur Abadi diperuntukkan bagi anak tuna rungu dan tuna grahita. Sayangnya untuk umur abang belum bisa diterima karena usia masuk TK Nur abadi adalah 4 tahun. Tapi baiknya, wakil kepala sekolah Nur Abadi memberikan list sekolah lain yang bisa ummi cari tau apakah ada SLB yang menerima anak usia 2 tahun.
 
Di list yang diberikan ada 3 SLB yang bisa ummi datangi. Pertama SLb Sana Dharma di dapur susu Fatmawati, SLBN di jl. Pertanian Lebak Bulus, SLBN di jl. Media Srengseng Sawah.
 
Selasa esoknya, ummi berencana mengethui keberadaan SLB Sana Dharma. Ditemani oleh mbak Iwin yang lumayan paham daerah Intan dan Fatmawati, maka setelah beberapa kali kesasar, ketemmu juga sekolah itu. SLB ada di area yang sebenarnya tidak terlalu besar. Tapi bentuknya memang sekolah. Ada lapangan rumput meski tidak luas. Ruang kelasnya juga banyak meski tidak besar. Sana Dharma ada di tengah pemukiman di daerah dapur susu, tepatnya di Jl. Wijayakusuma III Gg. Sidik Cilandak. Di Sana Dharma, anak yang berusa dini bisa diakomodir alias bisa diterima.
 
Setelah mendapatkan informasi, slanjutnya ummi dan mbak Iwin meluncur ke arah karang tengah lebak bulus. Jalan-jalan yang ummi lewati belum pernah ummi lalui sebelumnya. Sempat tersasar juga tapi akhirnya ketemu juga dengan SLBN di jl Pertanian Lebak Bulus. Area sekolah tersebut sangat luas, dan rindang karena pohonnya besar-besar. Selain untuk tuna rungu, SLBN juga sangat lengkap karena juga ada seklah untuk tuna netra dan tuna grahita. Tapi sayangnya SLBN ini juga tidak menerima murid TK.
 
Maka dari dua sekolah di atas yang paling mungkin adalah Sana Dharma. Ummi memang berencana menyekolahkan abang sedini  mingkin. Kebutuhan abang akan komunikasi lebih khusus dan membutuhkan ahlinya. Ummi lebih memilih menyekolahkan abang dibanding abang terapi karena berpikir jika sekolah maka waktunya menjadi lebih intensif dibanding terapi yang mungkin cua maksimal 2 jam selama 2 kali dalam seminggu. Sekolah juga menyediakan tata karma, peraturan, disiplin yang leih komprehensif. Dan juga mengingat referensi hasil observasi di Santi Rama yang menyarankan langsung sekolah maka langkah selanjutnya yaa abang harus sekolah.
 
Ummi bertemu dengan kepala sekolah Sana Dharma untuk penjelasan bagaimana proses penerimaan siswa baru. Kepala sekolah Sana Dharma, bu Neneng, menjelaskan sebelum masuk sekolah Sana Dharma, abang harus mengikuti obesrvasi sejenis les privat dengan satu guru dari Sana Dharma. Maka mulai Februari 2008, tiap Kamis dan Sabtu abang les privat. Hari kamis dengan ibu Eem dan hari Sabtu dengan ibu Win.
 
Seiring waktu, les abang Cuma hari sabtu jam 10 dengan ibu Win. Selama beberapa bulan abang tidak mau ditinggal, ummi harus tetap berada di kelas. Abang terlihat menjadi anak yang tidak mandiri dan sulit beradaptasi, padahal ibu Win sudah membuat segala hal sekondusif mungkin.
Cara lain ditempuh, ummi ajak kakak ikut abang les privat. Karena hari Sabtu dan kakak libur maka kakak excited aja diajak ke Sana Dharma. Dan karena pelajaran yang diberikan ibu Win menyenangkan maka kakak untuk beberapa saat tidak keberatan ikut masuk bersama abang. Sebulan di kelas dengan kakak, akhirnya abang berani ditinggal sendiri dengan ibu Win. Subhanallah, kemajuan abang seperti ini yang membuat ummi terharu. Setelah berulan-bulan baru kali ini abang mau ditinggal.
 
Rasanya begitu membanggakan. Padahal hanya abang mau ditinggal sendiri, bagi ummi ibarat dikasih durian runtuh jatuh dari pohon. Gak mau dong ketiban durian.
 
Itulah bedanya dengan kakak. Padahal kakak juga dari masuk sekolah hari pertama juga langsung ditinggal ummi dan kakak sanggung buat tegar malah menikmati kemandiriannya. Sedangkan abang butuh tiga bulan untuk berani masuk kelas sendiri dengan bu Win. Tapi kedua hal tersebut sangat membanggakan. Meski kemandirian abang dibanding kakak jauh lebih kecil, tapi sekecil apapun yang abang bisa tetap sangat membahagiakan.
 
Tahun ajaran  baru datang. Kakak naik ke kelas TK B dan abang masuk sekolah.
 
Hari pertama dan kedua masuk sekolah kakak masih menemani karena kakak baru masuk hari Rabu. Abang memang oke aja jika ditemani kakak. Di hari ketiga, hanya doa-doa yang bisa ummi luncurkan buat abang agar abang berani dan tidak rewel ketika harus berada di kelas bersama teman-temannya. Alhamdulillahnya gurunya abang adalah ibu Win, jd untuk adaptasi dengan guru tidak terlalu menyulitkan.
 
Di hari ketiga ini, abang benar-benar memberi kejutan. Abang berani masuk kelas sendiri!! Alhamdulillah wa syukurillah
 
Hari-hari selanjutnya abang lebih kooperatif. Jika awal-awalnya banyak menangis maka hari-hari selnjutnya berkurang tangisan abang. Abang juga, menurut ibu Win, mau mengikuti apa yang diajarkan meski untuk keterarahan wajah, sebagai syarat utama anak tuna rungu memahami pembicaraan, abang belum bisa focus dalam jangka waktu lama.
 
Menurut ummi, aktivitas sekolah jadi sesuatu yang yang menarik bagi abang. Abang yang biasanya bergaul hanya dengan ummi, abi, kakak dan lingkungan rumah, maka dunia abang bertambah lebar dengan mengenal teman-teman baru dan guru-guru yang ada di Sana Dharma.
 
Sebagai informasi, awalnya, satu kelas abang terdiri dari tujuh orang dengan usia yang berbeda-beda. Leo berusia 8 tahun, Alief 7 tahun, Cisha 5 tahun, Celvin 5 tahun dan Alya 4 tahun. Dan abang murid termuda. Mungkin karena merasa paling kecil, sikap abang cenderung pragmatis dan main aman. Abang yang biasanya di rumah agresif atau bahasa kasarnya rese, tidak bisa diam dan cenderung tidak mau mengalah, di sekolah jadi murid paling kalem sesekolahan. Orang tua di sana menganggap abang anak yang tenang dan tidak pecicilan. Hehehe gak tau aja kalau di rumah bagaimana.
 
Kemampuan kognitif abang pun meningkat. Walau belum mampu mengucapkan satu kata yang berarti tapi abang mau belajar dan mengerjakan tugas-tugas pekerjaan rumah yang tiap hari diberikan. Secara motorik abang pun berkembang. Abang mampu melakukan kegiatan menggunting, mengelem dan jangan tanya buat mewarnai..hes the man.
 
Dalam interaksi sosial dengan temannya, abang juga bukan anak pencari masalah, dan cenderung mudah diarahkan oleh gurunya.
 
Manurut pengamatan ummi, anak-anak tuna rungu adalah anak-anak yang cenderung selfish atau egois. Apa yang mereka inginkan dan tidak mereka dapatkan mudah membuat mereka jadi tantrum. Dan kadang karena tantrum mereka jadi agresif. Padahal yang membuat mereka kesal karena kesulitan mereka berkomunikasi dan sebagai orang tua juga kadang tidak mengerti apa yang mereka mau.
 
Makanya kesabaran bagi orang tua yang anaknya tuna rungu jadi harga mati. Membesarkan anak spesial seperti mereka butuh keluasan hati dan kesabaran tak berbatas.
Sistem di Sanadharma
 
Jelas berbeda sekolah untuk anak normal dengan sekolah luar biasa bagi anak tuna rungu.
Untuk aktivitas, tidak ada bedanya, seperti upacara tiap hari Senin, sebelum masuk sekolah baris dulu di depan kelas, berdoa sebelum belajar, ada ekskul renang, pramuka, silat.
 
Untuk anak TK, jam sekolahnya mulai 7.30 hingga 10.30. Untuk tingkat dasar 7.30 hingga 11.30.
Sana Dharma juga mengadakan tes, mid tes dan final bagi muridnya. Dan itu konsisten dijalankan meski mereka menangani anak-anak spesial. Jadi tidak ada yang diistimewakan, semua proses belajar mengajar mengikuti kurikulum yng telah ditetapkan oleh depdiknas.
 
Itu juga kali ya yang membuat kita, sebagai orang tua dari anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak terlalu down.Karena sekolah membuat anak-anak berad di jalur yang benar. Pastinya tiap orang tua saat tahu anaknya cacat akan kebingungan bagaimana cara mendidik dan membesarkan anak-anak dengan sebaik-baiknya hingga mampu mandiri.
 
Nahh keberadaan sekolah bagi anak-anak berkebutuhaan khusus terasa seperti oase yang mendinginkan hati tiap orang tua yang gelisah yang kuatir akan masa depan anak-anak tercinta.
Guru-guru di Sana Dharma juga luarbiasa sabarnya. Sebab jelas tidak mudah menangani anak-anak yang tidak bisa mendengar dan berbicara. Mereka sedikit demi sedikit mengajarkan berbicara, menulis dan semua aktivitas sekolah. Mereka, para guru, memiliki teknik untuk menangani anak-anak tuna rungu yang cenderung lebih egois dan mudah tantrum jika keinginannya tidak terpenuhi, padahal tidak semua keinginan bisa dan boleh terpenuhi.
 
Lucunya, kadang anak-anak di sekolah lebih mendewakan guru di sekolahnya, lebih menurut jika diperintah dibanding oleh orang tuanya sendiri. Di sisi lain hal ini menunjukkan bahwa anak memiliki minat belajar yang baik dan di sisi lain orang tua harus banyak belajar cara mendidik dan membesarkan anak-anak spesial ini.
 
Di Sana Dharma sendiri, selain ilmu-ilmu umum saparti layaknya di sekolah anak normal lainnya, juga diberikan pendidikan ketrampilan seperti menjahit dan otomotif. Ketrampilan ini diharpkan berguna buat anak-anak spesial agar menjadi manusia mandiri yang tidak menyusahkan siapapun.
Menyekelohkan anak-anak berkebutuhann khusus adalah hal terbaik yang bisa orang tua lakukan. Dengan sekolah kita mengangkat derajat anak kita sendiri. Membekalinya dengan ilmu dan kemampuan yang nantinya mereka butuhkan untuk menghadapi hidup.
 
Sekolah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dengan anak-anak spesial yang berkebutuhan khusus seperti abang. Sekolah menjadi guidance book bagi orang tua bagaimana mengajarkan anak. Orang tua juga bisa share dengan para guru yang menangani anak kita agar perkembangannya menjadi lebih terarah.
 
Sekolah adalah sebuah kemustian bagi kita. Tak usah lagi berfikir mencari orang pintar, dukun atau semacamnya. Hanya buang-buang waktu, buang uang tapi hasil tidak jelas. School is the best lah..Ever !!
Zaidan at school
 
Zaidanku kini masuk tahun kedua bersekolah disana. Abang zaidan masih di TK dengan lima murid perempuan lainnya. Yup, abang is the only man at class. Umur teman-teman abang juga sekarang sepantaran. Rata-rata 4 tahun.
 
Sistem di sekolah Zaidan memang memungkinkan fleksibilitas. Ketika ada murid masuk, maka yang dilihat pertama adalah kemampuan bahasanya. Meski umur sudah 7 atau 8 tahun, tapi ia baru pertama bersekolah, maka disebutlah ia murid dengan zero bahasa. Oleh guru dibuatlah percepatan perkembangan kemampuannya agar di tahun berikutnya bisa dikelompokkan dengan murid seusianya.
 
Abang di antara lainnya termasuk murid lama. Si kembar Via-Vina, Alya, Ilma dan Lia baru masuk setelah Zaidan. Karena tidak ada  murid lelaki yang lebih besar abang jadi jagoan, tapi tetap manis kok kalo menghadapi anak perempuan.
 
Di sekolah abang belajar sambil bermain. Memang usianya tidak dipaksa untuk langsung belajar
Me and my heart : Time to share
 
Dan disinilah ummi sekarang berusaha merangkai cerita sedetil dan sejelas mungkin. Awalnya ditujukan untuk anakku Zaidan abang Zufar Rahman yang pasti suatu saat akan bertanya kenapa aku berbeda. Tapi kau tidak berbeda, sayang. Kau tetap anak ummi yang hitam legam dengan senyum manis yang cool bangettss itu lohh
 
Tapi pastinya rasa yang ada sekarang jauh berbeda dengan  apa yang dirasa dulu. Sama sekali berbeda. Saat ini ummi lebih tenang dan mampu menerima kondisi abang apa adanya. Yahh look at him now, abang sama senangnya dengan anak normal ketika bermain atau jalan-jalan. Malah lebih kali, dengan tipikal abang yang memang gak bisa diam sama sekali. Alhamdulillah.
Abang kini, thanks to pihak sekolah yang banyak mengajarkan cara berbicara, kedisiplinan dan juga aturan dan kesenangan bersekolah, juga keluarga yang 24/7 support apapun yang cucu mereka butuhkan, lebih banyak kemajuan yang didapat abang. Abang bisa lohh ngucap huruf vocal  a i u e o , meski gak sesempurna anak normal, but it means a lot. Subhanallah. Kata demi kata yang mampu keluar dari mulut abang adalah hal yang ditunggu dan diharapkan, dan ketika bisa diucapkan abang, maka keberkahan dan kebahagiaan seakan melingkupi hati kami. Sedemikian dalam.
 
Di sekolah abang pun mulai exist. Dia mulai enjoy menjadi bagian sesuatu yang bukan rumah saja. Maka hari sekolah adalah hari yang menyenangkan buat abang dan tidak pernah sulit membuat abang bersekolah kecuali kalo tidur kemalaman dan buat bangunnya jadi kesiangan.
Dan tipikal abang yang abi abis. Abi abis maksudnya sama banget kelakukan dan karakternya sama abi yang suka becanda, gak serius dan main oriented deh. Yahh thats my boy.
 
*writer's note : this writing to be continued.. there are 2 years pausing. I'll try to write those missing years. 
 
With new spirit, new goal...i'll write amazing story about you, my dear sunshine boy. I'll show the world how grateful i am to have you. Special boy makes me as a special  mom.
Ayoe..fightiiing!!